Radar Baru Di Halim

Edisi: 04/08 / Tanggal : 1978-03-25 / Halaman : 32 / Rubrik : ILT / Penulis :

"SEBAGIAN besar kecelakaan penerbangan disebabkan oleh kelalaian manusia," begitu dikemukakan Dirjen Perhubungan Udara Kardono baru-baru ini.

Maksudnya bukan cuma kelalaian sang penerbang di udara, tapi juga petugas ATC (Air Traffic Control) di menara. Khususnya kecelakaan yang terja di pada saat-saat setelah lepas landas atau menjelang pendaratan.

Pernah suatu ketika nyaris terjadi 'bentrokan' antara pesawat terbang sipil dengan pesawat terbang militer di udara di atas Madium. Sebabnya: kesalahan instruksi dari menara ACC (Area Control Centre) Surabaya, yang waktu itu belum pakai radar. Petugas menara baru saja melepas sebuah pesawat mengudara. Setelah beberapa menit di udara, petugas menara bilang lewat radio pada penerbang: "Back to normal operation."

Sang pilot menyangka, ia sudah berada di jalur White 18 (W 18)--yakni jalur udara sipil dari Surabaya ke Jakarta --dan boleh tancap terus. Padahal, tanpa dia sadar mungkin, pesawat terbang sipil itu sudah nyelonong sedikit ke selatan sampai memasuki wilayah udara Iswahyudi, Pangkalan Angkatan Udara dekat Madiun. Penerbang sebuah pesawat TNI/AU Sabre yang sedang melakukan test instrumen, kaget setengah mati mendengar deru pesawat di dekatnya. Instruktur di kokpit pesawat pemburu sergap itu segera memanggil Surabaya ACC. Tanya penerbang TNI/AU itu: "Kok ada pesawat sipil nyelonong di kawasan militer?" Menyadari kesalahannya, buru-buru petugas menara Surabaya 'membetot' pesawat sipil tadi kembali ke W-18. Perintahnya: "Back to Wbite One Eight!"

Pilot Bohong

Kadang-kadang, dulu ada juga pilot nakal yang berbohong…

Keywords: Dirjen Perhubungan Udara, Kardono, ATC, Air Traffic Control, ACC, Area Control Centre, PPI, Plan Position Indicator, Djatmiko, PPLU, Pengawasan Lalu Lintas Udara, Thomson CSF, 

---

Foto Terkait