Dengan Defisit Di Ambang Pintu

Edisi: 46/07 / Tanggal : 1978-01-14 / Halaman : 50 / Rubrik : EB / Penulis :


NAIK, naik terus angkanya dari tahun ke tahun. Juga demikian
untuk RAPBN 1978/79, seperti yang diampaikan Presiden Soeharto
pada DPR minggu lalu mencapai Rp 4,8 trilyun lebih, yang berarti
bertarnbah hampir Rp 580 milyar (13,6%) dari tahun anggaran
sebelumnya. Sekali ini, sepcrti tahun-tahun sebelumnya, juga
dijanjikan disiplin anggaran yang akan tetap berimbang.

; Tapi walaupun angkanya terus membengkak, kenaikan persentasenya
makin mengecil (lihat tabel I). Bahkan 13,6% itu merupakan
kenaikan tahunan yang terkecil dalam sejarah Repelita. Karena
tingkat inflasi diharapkan dipertahankan sekitar 12b, kalau
bisa, maka mlmkin kenaikan RAPBN 1978/79 itu menorong ekonomi
supaya masih bertumbuh dan tidak "dimakan" inflasi (lihat tabel
III). Namun ia mencerminkan bahwa keadaan ekonomi Indonesia
tidak begitu cerah pada tahun berikutnya.

; Kemampuan pemedntah untuk meningkatkan, baik penerimaan maupun
pengeluarannya, akan menurun dari tahun ini. Hampir di semua
mata anggaran penerimaan, tingkat pertambahannya lebih kecil
dibanding tingkat pertambahan tahun fiskal sekarang. Ini
menyebabkan pemerintah sangat membatasi belanja rutin, apalagi
karena tuntutan untuk meningkatkan belanja pembangunan makin
mendesak.

; Masih Alot

; Penerimaan dari pajak perseroan minyak, fokus RAPBN setiap
tahun, diperkirakan hanya akan mencapai Rp 2607 milyar, hanya
naik 6% dari anggaran…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…