Wanita Bernyali Besar, "puteri ..."
Edisi: 46/07 / Tanggal : 1978-01-14 / Halaman : 56 / Rubrik : TK / Penulis :
SEBUAH cerita di pergantian tahun, dengan tokoh "misterius" seperti puteri roman abad lalu, menyangkut seorang wanita di New York yang mengaku sebagai anak Almarhum Bung Karno (TEMPO, 24 Desember 1977, Pokok & Tokoh). Ketika pembantu TEMPO di Washington DC Abdul Nur Adnan mengunjungi dia, wanita ini berteriak: "Naa, akhirnya bangsaku bertanya: di mana Rukmini?" ....
Di Hotel Essex House, New York, tempat wanita itu melakukan kegiatan bisnisnya, dia mengaku nama lengkapnya adalah Rukmini Sukawati Sukarno Kline, puteri tertua Presiden Sukarno almarhum. Berkulit kuning langsat, bertubuh besar nyaris mendekati gemuk, Rukmini pagi itu mengenakan longdress merah jambu. Leher, jarijari dan pergelangan tangan dipenuhi perhiasan yang tampaknya cukup mahal.
Untuk bidang usahanya yang beragam, Rukmini menyatakan dapat modal dari tiga bank. First National Bank, Bankers Trust dan Barclays Bank. Dengan suara macam pancuran air yang sulit dibendung, ia bercerita: "Perusahaan saya bergerak di bidang pengangkutan kapal, minyak mentah, gandum, pipa pembor minyak. Saya punya bisnis indigo-dye dengan Taiwan, saya juga beli beras dari Muangthai dan saya jual ke negara-negara Teluk Persia, saya jual semen dari Korea untuk Nigeria, saya beli kopi dari Meksiko, saya beli cengkeh dari Tanzania untuk saya jual ke Indonesia."
"Jumlah cengkeh yang saya jual ke Indonesia masih sedikit. Mudah-mudahan Pak Harto mau membuka pintu agak lebih lebar kepada saya sehingga saya bisa jual bahan itu lebih murah lagi" .... Dan masih banyak. Semuanya dia ceritakan dengan mata (yang dirias tebal) bersinar-sinar, dengan vitalitas yang menggebu.
Brooker
"Saya juga punya backing dari orang-orang kuat dalam bidang finansiil di Amerika sini. Siapa mereka? Wah, kalau saya buka rahasia saya, nanti saya dijegal lagi." Dia menceritakan duduk perkaranya menang tender untuk membawa bahan pangan dari Proyek PL480 ke Indonesia. Karena timbul ketidak percayaan antara kedua belah pihak, terutama Konsulat Indonesia di New York, gagallah dia mengangkut 33.000 metrik ton beras. "Saya jadi curiga," kata Rukmini. "Sebab perusahaan Amerika yang ditunjuk Konsulat pasang harga lebih tinggi AS$2,50 setiap metrik ton daripada saya. Menyedihkan. Bangsa sendiri berhantam di luar negeri dengan bangsa sendiri."
Konjen Indonesia untuk New York, Tri Hardjo, telah membantah hal ini pada kesempatan bertemu Presiden Suharto di Bina Graha minggu lalu. Disebutkannya: bantuan AS dalam Proyek PL480, pengangkutannya ditentukan 50% dilakukan dengan kapal berbendera AS dan sisanya pihak swasta yang tidak berbendera AS. Ujar Tri Hardjo: "Masalah itu sudah beres. Rukmini ini hanya brooker saja. Dia juga cuma mengakuaku sebagai anak Presiden Pertama RI."
Sambung Rukmini: "Tapi urusan perkapalan ini soal kecil bagi saya. Saya masih punya kesibukan bisnis lainyang lebih besar." Dia kemudian menyebutkan kantor-kantornya di seantero negara, "dan saya telah berhasil merobah wajah buruk Indonesia di dunia bisnis internasional. Indonesia paling buruk setelah itu disusul Nigeria." Masih memegang paspor Indonesia, Rukmini kemudian titip pesan: "Mbok pejabat-pejabat kita yang…
Keywords: Bung Karno, Soekarno, Abdul Nur Adnan, Rukmini Sukawati Sukarno Kline, Tri Hardjo, Christina Onassis, Frank Lattimore Kline, Yunus Sulaiman, Lay Siong Hium, Liong Kim fong, 
Artikel Majalah Text Lainnya
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.