Urip Ke Dpr, Muhidin Pulang Sore

Edisi: 49/07 / Tanggal : 1978-02-04 / Halaman : 16 / Rubrik : SD / Penulis :


ANAK muda yang tak dikenal di Ibukota itu tiba-tiba punya ide: ia harus datang ke DPR.

Umurnya 26 tahun. Namanya Urip Murtado. Ia asli Jakarta. Putus sekolah. Di pagi hari ia setengah menganggur menyewakan tenaga untuk mengapur rumah, kadang-kadang. Di sore hari ia berjualan koran Sinar Harapan dan Pos Sore. Ketika ia mendengar bahwa kedua koran itu dilarang terbit, ia merasa injakan hidupnya terancam. Ia tergerak untuk mengadu. Ia mengajak tiga orang temannya ke gedung DPR. Siapa tahu ada wakil rakyat nun di sana yang mau mendengar nasibnya.

Hari itu Senin 23 Januari 1978. Setelah naik bis dari daerah Salemba jam 8.30 pagi ke daerah Senayan, empat pemuda itu mungkin merupakan delegasi pertama yang datang ke parlemen untuk membicarakan masalah pers nasional setelah dilarangnya 7 koran terbit. Tentu saja mereka datang dengan ditunggangi "kepentingan tertentu": supaya periuk nasi mereka tak terguncang.

Mereka diterima oleh wakil Fraksi PPP dan Fraksi Karya. Lalu hari keburu siang, jam 12.30, dan mereka memutuskan pulang. Mereka memang cuma 4 orang, kata Urip, karena kalau membawa kawan-kawannya kebanyakan anak-anak kecil - bisa dianggap demonstrasi. "Nanti malah ditangkap," kata Urip. "Yang kami khawatirkan ialah kalau lama-kelamaan modal kami habis hanya buat makan saja." "

Tunggulah .... "

Para wakil dari Fraksi PPP dan Karya tentulah mengangguk-angguk mendengar permintaan anak-anak dari tepi jalan ini. Dan Urip dkk - yang tidak insyaf betul lika-likunya pekerjaan para anggota parlemen - pun menunggu: siapa tahu hari Selasa esoknya suara mereka sudah didengar dan barang dagangan mereka diijinkan beredar kembali.

Tentu saja tidak. Hari Rabu, agak cemas agak kecewa dan sekaligus agak nekad dalam berharap, mereka mencoba mengadu ke Kaskopkamtib Sudomo. Seorang petugas di Kopkamtib, menurut Urip, menasihatinya supaya…

Keywords: Urip MurtadoKoranSinar HarapanPos SoreSudomoMuhidinDPR
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…