Kita Dan Pers Asing; Kalau Orang Sana Menyorot Sini
Edisi: 50/07 / Tanggal : 1978-02-11 / Halaman : 51 / Rubrik : MD / Penulis :
WAJAH koran itu coreng moreng dengan cat hitam. Pengantar korannya sendiri menyerahkannya tanpa menunjukkan rasa penyesalan. Langganan boleh saja menggerutu, tetapi ia sudah terlalu terbiasa melihat halaman surat-kabar atau majalah asing yang masuk Indonesia dihiasi dengan coretan-coretan hitam. Ia menjadi tak peduli.
"Sensor" hitam yang dikenakan pada penerbitan asing yang masuk Indonesia memang sudah lama dilakukan. Tetapi agaknya wabah hitam ini belakangan ini makin meluas. Koran-koran Jepang yang masuk ke sini misalnya, untuk pertama kalinya tahun ini, terkena juga penghitaman. Yang dihitamkan apa saja? Jika dulu umumnya hanya gamb ar-gambar yang dikategorikan porno, belakangan ini sasaran utamanya adalah berita-berita politik yang mengenai keadaan Indonesia, terutama yang dinilai "kurang positif" menggambarkan keadaan Indonesia.
"Padahal berita-berita itu kami tulis untuk konsumsi luar-negeri," keluh seorang wartawan asing di Jakarta. Dia mungkin benar. Tetapi tampaknya pihak berwajib lidak mau ambil risiko. Beberapa penerbitan asing itu memang beredar cukup luas di sini, terutama di Jakarta. Asian Wallstreet Journal - suatu suratkabar ekonomi terbitan Hongkong--misalnya, mempunyai oplag 13 ribu eksemplar di Indonesia. Majalah Time menurut agennya punya peredaran 17 ribu, walau semuanya tidak habis terjual.
Tidak heran, setelah Kopkamtib menutup untuk sementara beberapa suratkabar ibukota bulan lalu, sasaran peringatan berikutnya ditujukan kepada pers asing. Pers asing yang masih terus saja menjelek-jelekkan Pemerintah Indonesia dan masih saja melakukan tindakan yang "macam-macam" diancam akan ditutup perwakilannya di Indonesia, kala Kaskopkamtib Sudomo akhir bulan lalu.
Bahkan menurut Sudomo, ada orang Indonesia yang bekerja sebagai wartawan pers asing telah menyiarkan berita dengan menjelek-jelekkan Pemerintah Indonesia. Orang-orang semacam ini dianggapnya sebagai tidak mempunyai jiwa patriotisme dan jiwa nasionalisme Indonesia. "Walaupun bagaimana sejelek-jeleknya Pemerintah tidak sepantasnya orang-orang Indonesia semacam itu menyiarkan berita yang isinya menjelekkan Pemerintah untuk kemudian dikonsumsi ke luar negeri " Tak lupa Sudomo mengakhiri peringatannya dengan ucapan: "Bercerminlah pada mukamu sendiri."
Sudomo tidak secara tegas menunjuk perwakilan pers asing manayangdimaksudnya. Sampai sekarang belum ada pers asing yang diperingatkan langsung atau bahkan akan ditutup.
Tigapuluhsatu perwakilan pers asing ada di Jakarta, tidak termasuk beberapa wartawan yang berstatus freelance yang menulis untuk beberapa media sekaligus. Beberapa kantor berita (KB) Barat yang menguasai sebagian besar "perdagangan berita" dunia, seperti The Associated Press (AP), United Press International ((JPI), Reuter dan Agence France Presse (AFP) punya perwakilan di Jakarta. Negara-negara Sosialis terwakili oleh KB Tass (Uni Soviet) dan KB Tanjug (Yugoslavia). Media Jepang puna 8 koresponden di Jakarta, jumlah terbesar yang mewakili satu negara, dan mereka seakan merupakan kelompok tersendiri. Tidak semua perwakilan ditangani wartawan asing. Beberapa perwakilan penting malahan dipegang oleh koresponden berkebangsaan Indonesia.
Seberapa leluasa mereka datang ke mari? Cukup panjang jalan yang harus ditempuh sebelum seorang wartawan asing dapat izin bertugas di Indonesia. Seperti juga hampir di semua negara, pemegang paspor wartawan mendapat penelitian yang ketat…
Keywords: Pers Asing, The Asian Wallstreet Journal, Sudomo, Oemar Khatab, Raphael Pura, David Jenkins, Guy Sacerdoti, FEER, Encik Zainoor Sulaiman, Mitsunori Matsumura, Yoshitaka Masuko, Hamish McDonald, Moh. Chudori, G. Dwipayana, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…