Orang-orang Di Belakang Berita

Edisi: 50/07 / Tanggal : 1978-02-11 / Halaman : 55 / Rubrik : MD / Penulis :


 

JUMLAH mereka di Jakarta hanya sekitar tigapuluhan. Tetapi mereka dianggap mewakili dunia internasional. Lewat tangan-tangan mereka berita-berita tentang Indonesia tersebar ke seluruh dunia. Bagaimana wajah-wajah mereka? Inilah beberapa di antara mereka yang diwawancarai TEMPO. Kali ini mereka berbicara tentang diri mereka, dunia kerja dan suka-duka mereka, dan juga tentang Indonesia.

HARTOYO, koresponden UPI

Setelah meletusnya peristiwa Gestapu, banyak wartawan asing datang ke Yogya dan umumnya mereka memerlukan guide. Hartoyo, kini 42, yang waktu itu kuliah di fakultas Ekonomi UGM kebetulan menjadi guide R.E. Stannard, koresponden UPI di Indonesia. Dan di tahun 1966 ketika mencari pekerjaan di Jakarta, kembali Hartoyo bertemu dengan Stannard yang segera menawarinya pekerjaan sebagai Wartawan UPI.

Dunia jurnalistik bukan hal baru bagi Hartoyo. Di tahun 1952 ia pernah menjadi wartawan kantor berita PIA selama beberapa tahun. Agaknya ia dianggap cukup berprestasi dan di tahun 1973 diangkat sebagai koresponden UPI untuk Indon esia. Ia merupakan satu-satunya warta wan setempat di Asia Tenggara yang menjadi koresponden UPI.

Belasan tahun menjadi wartawan, Hartayo pernah sekali mendapat "peringatan" Deppen. Waktu itu ia menulis tentang pernyataan Adam Malik tentang kemungkinan pencairan hubungan diplomatik Indonesia-RRC. Seorang pejabat Deppen menelponnya dan mengatakan berita yang ditulisnya itu "membahayakan." Membahayakan untuk siapa, untuk saya atau untuk pemerintah?, tanya Hartoyo. Penelpon dari Deppen hanya menjawab dengan tertawa.

Diangkatnya orang Indonesia sebagai karesponden kantor berita asing dianggapnya menguntungkan karena sebagai orang Indonesia dia akan memandang segala sesuatu dengan kacamata Indonesia dan "tidak lekas kaget" melihat suatu peristiwa. "Tetapi itu tidak berarti artawan asing akan menulis dengan berat sebelah karena banyak wartawan asing yang menulis secara obyektif."

Hartoyo yang punya tiga anak dan tinggal di daerah Menteng ("itu yang mengontrakkan UPI") suatu waktu ingin bekerja untuk pers Indonesia. "Sebagai orang Indonesia, rasanya lebih mantap bekerja untuk pers nasional danmelihat tulisan kita dimuat. Itu lebih memuaskan."

RAPHAEL PURA

Ia biasa dipanggil Rocky oleh teman-temannya. Berbadan tegap dengan muka yang agak menantang, ia bisa dikira seorang petinju. Tetapi itulah Raphael Pura (31 tahun) koresponden dan perwakilan tetap koran The Asian Walstreet Journal di Jakarta. Bahasa Indonesianya lancar tetapi dengan logat Malaysia yang didapatnya ketika di tahun 1968 selama 3« tahun jadi sukarelawan Peace Corps di semenanjung itu.

Sejak dulu ia ingin jadi wartawan. Itu sebabnya ia masuk jurusan jurnalistik di Ohio University sampai mendapat MA. Dari universitas yang sama ia memperoleh juga MA di bidang International Relations. Selesai sekolah ia diterima sebagai staf tetap ewsweek di Tokio. Belakangan begitu mendengar Asian Wallstreet Joumal mau membuka edisi Asia, ia langsung melamar dan diterima.

Ia tergolong wartawan yang suka memuat tulisan yang eksklusif, terutama tentang ekonomi. Seorang pejabat tinggi Departemen Pertambangan menganggap tulisan dan ulasannya cukup seim bang dan menguasai persoalan. Secarabercanda ia sering mengatakan mungkin ia punya darah Bali. "Di Bali kan banyak pura," katanya.

UROS SKALA

Kegemaran koresponden KB Tanjug (Yugoslavia) ini ialah memelihara anjing dan berjalan kaki. Sayang tidak aman berjalan kaki di Jakarta. Selain tempat yang tersedia sangat sempit, para pengendara kendaraan bermotor juga kurang menghargai pejalan kaki. Pernah sekali ia ditabrak sebuah sedan dan penabraknya hanya menyampaikan alamat dan nomor mobilnya tetapi tanpa…

Keywords: HartoyoR.E. StannardRaphael PuraRockyUros SkalaSoeharyonoFX Masayuki KitamuraAlan Geoffry MorrisGuy SacerdotiShosuke KaneyukiHamish McdonaldYoshitaka MasukoGhaffur FadylSidorov Touri
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14

Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…

"
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14

Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…

K
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16

Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…