"sendirian, Di Puncak Gunung"

Edisi: 51/07 / Tanggal : 1978-02-18 / Halaman : 56 / Rubrik : TK / Penulis :


 

MENGENAKAN baju dan celana pendek khaki, Takdir Alisjahbana memboncengkan anaknya yang baru 6 tahum Dari rumahnya di Jalan Kesehatan, Jakarta, mereka bersepeda menuju Pasar Minggu untuk berkebun. Itu di hari Minggu, 1938, pada usia Takdir yang ke-30. Dan empat puluh tahun kemudian, bapak dan anak sama-sana jadi profesor. Juga sama-sama rektor: Takdir untuk Universitas Nasional, Jakarta, sedang Prof. Dr. ir. Iskandar Alisjahbana unluk ITB Bandung.

Minggu lalu, Takdir genap 70 tahun. Hari ulangtahun Ketua Akademi, Jakarta ini diperingati di Teater Arena TIM. Sejumlah 37 cendekiawan dalam dan luarnegeri menghadiahkan karangan ilmiah (beberapa buah menyangkut diri Takdir) dalun sebuah kumpulan berjudul Spectrum, 650 halaman Takdir yang biasa bicara lancar, malam itu agak tersendat.

"Akhir-akhir ini saya sering murung, satu hal yang jarang saya alami. Saya menyaksikan pertentangan yang semakin meruncing. Minggu-minggu terakhir ini saya diingatkan: engkau sudah berumur 70 tahun. Saya sesungguhnya ak pernah ingat. Rasanya masih dekat sekali masa kecil ketika . . . Rasanya masih dekat sekali zaman pergerakan dan perang kemerdekaan. Saya merasa iri kepada angkatan muda yang menghadapi zaman besar ini sekarang. Semangat muda adalah kecakapan bermimpi, mencintai. dan mencipta. Budi manusialah yang paling lambat menjadi tua. Saya teringat kritik Rustandi Kartakusumah, bahwa kebudayaan Takdir adalah kebudayaan orang 17 tahun. Saya bilang: Rustandi itu sejak lahir sudah berumur ( tahun dan tetap 80 tahun . . . "

Kue Tuhan

Takdir selalu menggambarkan dirinya sebaai seniman yang seolah sendirian, di puncak gunung, menyaksikan "fajar hari baru yang menyingsing", sementara orang lain masih lelap tertidur dalam kegelapan lembah di bawah Tapi ia rnembantah tuduhan sebagai pemimpi. Ielum sebulan menjelang ulaltahunnya ke-70, ia mengadakan percoba an okulasi pohon singkong racun dan singkong biasa.

"Saya dengar, kalau okulasi ini berhasil, bisa menghasilkan 80 kg singkong. Mengapa pekerjaan yang begini tidak kita coba?" katanya minggu lalu di kebun rumahnya yang luas di Mampang Prapatan, Jakarta. Olahraga dan hobi satu-satunya memang berkebun. "Saya selalu menganjurkan agar biologi benar-benar membuahkan hasil. Jadi biologi ekonomi," menurutnya.

Pulang dari perjalanan dalam dan luar negeri Takdir selalu membawa bibit unggul dan selalu ingin mengembangkannya. Di kebunnya ia menanam nenas, durian, rambutan, kedondong, jeruk,…

Keywords: Takdir AlisjahbanaProf. Dr. Ir. Iskandar AlisjahbanaRustandi KartakusumahMargaret AxerEdiati KamilBalai PustakaRaden Ajeng Rohani DahaSamiati AlisjahbanaSofjan AlisjahbanaRaden Roro Soegiarti
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.