... Tapi Ada Yang Optimis
Edisi: 45/07 / Tanggal : 1978-01-07 / Halaman : 55 / Rubrik : EB / Penulis :
R.M. Hadjiwibowo, 57, sampai belum lama ini menjadi direktur PT Unilever Indonesia selama 21 tahun. Sesudah dipensiunkan, dia kini masih dipakai perusahaan itu sebagai penasehat. Juga Hadjiwibowo masih beredar sebagai Dir-Ut PT Sangkulirang, perusahaan patungan Unilever dan Angkatan laut, yang memegang HPH hutan) 100 000 Ha di sekitar teluk Sangkulirang, Kalimantan Timur. Pandangannya:
PENGELOLA ekonomi kita tampaknya akan tetap cenderung menstabilkan kurs Rp 415 terhadap dollar Amerika. Banyak orang kini menganggap Rp ini dinilai berlebihan. Misalnya, dollar dianggap sebanding Rp 800. Over-value itu mungkin benar bila sudah diperkirakan tambahan bea masuk, PPn impor dan biaya impor lainnya. Namun kurs Rp 415 bisa dipertahankan slama masih ada surplus (perdagangan). Masih ada pintu belakang untuk tidak menurunkan nilai Rp, a.l. dengan cara mengurangi pajak ekspor dan menambah bea masuk.
Tingkat infilasi (11,82%) sampai akhir 1977 masih bagus. Tahun '78, diduga itu akan hampir sama. Jika lajunya dibikin di bawah 10%, kegiatan ekonomi kita akan tersumbat dan seret.
Prospek kayu tidak terlalu jelek. Harga minyak kelapa sawit akan menurun karena suplai banyak, tapi ekspornya akan tetap menguntungkan. Banyak negara produsen, termasuk Indonesia, kini menambah areal penanaman kelapa sawit. Jumlah komoditi ekspor kita tahun '78 akan bertambah dengan semen. Sandang sudah cukup, tapi kondisi pangan merupakan sumber ketakutan. Untuk soal pangan, khusus beras, perlu diperhatikan sudut kepentingan petani produsen, jangan enaknya konsumen tok.
Idham, 59, menjadi pegawai negeri sampai 1955 yang kemudian teriun ke bisnis swasta, khususnya bidang perbankan. Kini menjadi Dir-Ut PT Bank Niaga, Idham menganalisa:
KITA ini pada hakekatnya adalah leveransir bahan baku. Faktanya sekarang nilai komoditi kita (dari pertambangan maupun pertanian) di pasar dunia sedang merosot. Posisi kita sebagai leveransir ini dalam perdagangan internasional jadi lemah. Maka 1978 adalah tahun susah, apalagi banyak devisa diserap pula untuk kebutuhan pangan.
Bisnis perbankan akan berjalan seperti 1977, yaitu yang besar makin besar dan yang kecil makin sulit. Persaingan makin tajam. Bank yang punya banyak dana akan mampu menawarkan sukubunga rendah. Rata-rata sukubunga bank swasta sekarang 20 sebulan. Pemerintah menurunkan lagi sukubunganya. Tapi effeknya mungkin sedikit sekali sebagai akibat kelambanan prosedure memperoleh kredit dari bank pemerintah. Kelambanan berarti tambahan ongkos bagi pengusaha. Bank swasta umumnya mungkin akan bisa bersaing dengan bank pemerintah dalam hal pelayanan, tapi sulit dalam hal tingkat sukubunga.
Namun umumnya perusahaan akan kekurangan likwiditas. Volume kredit mungkin bertambah tapi masih ada pembatasan Bank Indonesia. Sekarang banyak pedagang menyalurkan baMngnya dengan kredit. Demikian pula jarang sekali…
Keywords: R.M. Hadjiwibowo, PT Unilever Indonesia, Idham, PT Bank Niaga, Ali Noor Luddin, PT Masalu, Syamsit Rachman, PT Nusira, PT Panca Surya, Arnold Baramuli, Ibrahim Risyad, PT Bakrie & Brothers, Sudardjo, Santoso Sutrisno, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…