Cinta Membawa Melarat

Edisi: 08/08 / Tanggal : 1978-04-22 / Halaman : 39 / Rubrik : SD / Penulis :


 

MAIN musik sekarang sudah bisa bikin kaya. Tapi musik yang bagalmana. Kalau bertahan pada musik yang melawan arus, ya itu sih kemauan. Lihatlah hidup Mat Pitek. Itu buaya keroncong yang terkenal dulu di kawasan Kemayoran.

Dalam kartu penduduk, namanya Achmad Sunardi. Lahir di tangsi Batalion XII Jatinegara tahun 1916. "Nggak tahu deh kenapa saya sampai dijulukin Pitek. Artinya sih kulit yang keriput," katanya kepada Bachrun Suwatdi dari TEMPO Sejak umur 10 tahun ia sudah kecanduan musik. Kakeknya mengoperkan sebuah biola ke tangannya -- itu salahnya. "Mulanya iseng-iseng saja. Tapi sejak itu saya belajar jadi tukang keroncong."

Bintang Gerilya

Ayah Pitek seorang sersan KNIL yang juga bandot keroncong. Nah Kemayoran, itu waktu, digerayangi grup-grup keroncong. Dengan mudah Pitek mendirikan grup bernama Detien Hebroeder (apa sih artinya). Ia mulai ngamen keluar-masuk kampung. Itu waktu urusan orang banyak, tidak cuma keroncong. Dapat dimengerti kalau seringkali anak buahnya ada yang absen. Ini yang menyebabkan Pitek, di samping dengan biola, juga akrab dengan gitar, bas, celo dan ukulele. Semua itu meresap dengan tandas dalam tubuhnya, sehingga ia memang tak punya nafsu melanjutkan sekolahnya lebih dari HIS. Sebagai gantinya ia belajar not balok dengan numpang tanya sana-sini.

Zaman Jepang, Pitek keliling Jawa dengan keroncong pimpinan M. Sagih. Ia juga sempat ikut sandiwara, keliling Jawa Timur. Tahun 1945 pecahlah Revolusi. Pitek terpaksa menyimpan biolanya. "Yah, liat teman-teman di kampung bawa bedil, terasa ,hati saya dapat panggilan negara," katanya. Ia pun bergabung dengan Laskar Rakyat Senen pimpinan Kapten Sapiie. Kapten ini kemudian sempat jadi menteri 60 hari di zaman Orde Lama. Pitek sendiri tetap mantri biola.

"Dulu waktu masih di gunung dengan pangkat sersan mayor--kalau dengar lagu, saya nangis," kata Pitek. Lho, kenapa? "Habis terengat biola saye." Mukanya tampak bersungguh-sungguh. Biola baginya, lebih penting dari bedil, katanya. Tahun 1950 ia amil keputusan, berhenti jadi militer. "Habis, saye kagak sreg di militer, lebih seneng jadi seniman," ujarnya tanpa rasa sesal sedikitpun.

Delapan tahun kemudian, Pemerintah berkenan memperhitungkan sumbangsih tukang biola ini. Ia dapat anugerah Bintang Gerilya. Tapi jangan tanya Satya Lencana kelas berapa. "Sudah deh tanye aje gue soal laen, pedih rasenya nih…

Keywords: Mat PitekAchmad SunardiDetien HebroederM. SagihLaskar Rakyat SenenKapten SapiieSumadiIdris SardiBing SlametSam SaimunOrkes Simfoni JakartaOSJAdolfo Reynado Garcia
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…