Dilema Buat Menteri Baru

Edisi: 09/08 / Tanggal : 1978-04-29 / Halaman : 50 / Rubrik : EB / Penulis :

CUKUP sudah bantuan Bank Dunia untuk rehabilitasi pabrik-pabrik gula di Jawa. Sebab perbaikan mesin-mesin pabrik tersebut justru menyebabkannya makin haus tanah untuk penanaman tebu. Akibatnya, petani jugalah yang terpaksa menyerahkan sawahnya untuk ditanami tebu--baik lewat sistim sewa tanah, maupun TRI (tebu rakyat intensifikasi). Padahal keuntungan mereka jauh lebih besar kalau tanahnya ditanami padi, tembakau, atau tanaman lain.

Begitulah kritik Prof. Dr. Donald Emmerson, konsultan pertanian pada perwakilan Bank Dunia di Indonesia.(Kompas, 18 April). Dia mengharapkan, para boss-nya di Washington D.C. menghentikan bantuan Bank Dunia untuk rehabilitasi pabrik gula di Jawa. "Mungkin untuk luar Jawa tak akan timbul masalah," kata Don Emmerson, "namun di Jawa akan mendesak masyarakat tani. Lebih-lebih jika mereka dipaksa menyerahkan sawahnya tak dengan sukarela."

Pandangan ahli Bank Dunia itu sungguh mirip dengan apa yang pernah dikmukakan seorang sesepuh HKTI, Soemartojo. Ketika itu Inpres No. 9/1975 tentang pengalihan sistim sewa tanab ke Bimas Tebu Rakyat baru berumur 5 bulan. Menurut Soemartojo yang juga anggota PP-Perhepi Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia): "Petani di Jawa hendaknya dibebaskan dari tugas pokok sebagai produsen padi, atau gula thok." Lantas apa? "Biarlah mereka kembangkan tanahnya yang makin sedikit itu untuk sayur-mayur dan buah-buahan yang lebih menguntungkan untuk dijual ke kota, yang makin padat penduduknya di masa mendatang.'

Soemartojo merasa "heran mengapa…

Keywords: TRI, Tebu Rakyat Intensifikasi, Prof. Dr. Donald Emmerson, Bank Dunia, l.J. Kasimo, Prof. Dr. Soedarsono Hadisapoetro, Dr Mubyarto, 

---

Foto Terkait