Dan Ia Pun Kita Bicarakan Lagi
Edisi: 14/08 / Tanggal : 1978-06-03 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
SUARANYA yang menggelora memang tidak terdengar lagi. Tapi kehadirannya kembali terasa, hampir satu windu setelah ia meninggal. Duabelas tahun yang lalu orang seakan berlomba mengecamnya. Kini, hampir tiap hari koran-koran memberitakannya -- banyak di antaranya dengan nada memuji. Bung Karno populer kembali? "Dari dulu Bung Karno tetap populer. Hanya kalau dulu yang populer jeleknya, sekarang yang populer baiknya," kata Guntur Sukarno, anak sulung almarhum, pekan lalu.
Paling tidak, popularius itu dibukti kan oleh orang kecil Jurnalis Harahap (38 tahun). Dia mengaku sejak Januari yang lalu telah berhasil menjual gambar Bung Karno ukuran 50 x 60 cm tanpa bingkai sebanyak 3000 lembar. Naluri dagang jebolan SMA Negeri Medan ini rupanya boleh juga. Begitu membaca berita adanya rencana memugar makam Bung Karno, ia lalu mengumpulkan gambar Bung Karno dari tukang-tukang loak. Lalu digelarnya dagangannya ini di sudut Lapangan Banteng. Harga gambar Bung Karno per lembar Rp 2.750. Tapi kalau pembeli pintar menawar, Rp 500 pun oke.
Jurnalis rupanya tidak sendirian. Di pusat penjualan buku bekas seperti sepanjang jalan Kramat Raya, buku-buku karya Bung Karno seperti Di Bawah Bendera Revolusi banyak digelarkan dan dibeli orang. Buku tulisan Guntur: Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku bahkan menurut Guntur si penulis "habis terjual". (lihat Buku).
Mungkin karena tahu hukum penawaran dan permintaan, Guntur merencanakan untuk menerbitkan seri buku tentang Bung Karno. Di samping tulisannya sendiri, juga tulisan Ny. Fatmawati (Catatan Kecil Bersama Bung Karno), Rachmawati Sukarno (Hari-hari Terakhir Bapak) dan kumpulan sajak Sukmawati Sukarno (Kalbu Patriot). "Semua itu untuk menjelaskan pada masyarakat bagaimana sebenarnya manusia Sukarno, baik dan jeleknya," kata Guntur.
Mengapa Bung Karno belakangan ini begitu menarik perhatian. Mungkin, orang sedang mencari tokoh yang menonjol pribadinya di antara tokoh-tokoh lain yangsudah "rutin". Hasil penelitian Sarlito Wirawan, yang dijadikannya thesis untuk memperoleh gelar Doctor dalam ilmu Psikologi bulan April yang lalu memperkuat dugaan ini. Dari 1490 mahasiswa berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia yang ditanyai tokoh ideal mereka, sekitar 70% memilih tokoh yang sudah meninggal. Bung Karno menempati urutan pertama dengan jumlah pemilih 13,89%. Tokoh-tokoh yang sudah meninggal yang juga terpilih antara lain: J.F Kennedy (13,29%), Nabi Muhammad s.a.w. (7,85%), Mahatma Gandhi (2,95%), Kartini (2,48%), K.H. Dewantoro (2,21%) dan Napoleon Bonaparte (2,01%).
Apa yang membuat mereka-mereka ini mengagumi Bung Karno? Sigit Edi Sutomo (21 tahun) mengaguminya karena sebagai pemimpin, pengetahuan Bung Karno luas sekali dan pintar menyusun gagasan yang orisinil seperti Nasakom dan Nefo. "Tulisan-tulisan Bung Karno nasionalismenya kuat, cinta tanah airnya sangat tinggi dan mampu menggelorakan semangat kita," kata mahasiswa fakultas Psikologi UI itu pada TEMPO pekan lalu. Ia mengagumi Bung Karno dari tulisan-tulisannya yang dibacanya dari buku-buku ayahnya, yang sempat "diselamatkannya" dari pemusnahan secara sembunyi-sembunyi di waktu ia masih sekolah dasar dulu.
Arsani (26 tahun), mahasiswa fakultas Ilmu Sosial UI, punya pendapat yang serupa. "Bung Karno bisa merubah dunia yang tergabung dalam Nefo, padahal waktu itu bangsa kita masih muda." Ia juga mengenal Bung Karno dari kararigan-karangannya. Yang tidak bisa diterimanya dari Bung Karno ialah caranya menyingkirkan lawan-lawan politiknya -- dan isterinya yang banyak.
Berbagai alasan lain bisa dikemukakan mengapa tokoh Bung Karno kembali muncul dan populer. Mungkin bandul jam yang tadinya tergeser ke sebelah sana sekarang mulai bergerak ke tengah. Ada pula yang berpendapat bahwa sebagai tokoh yang berpengaruh besar dalam sejarah Indonesia, mungkin ia bisa tenggelam sementara, tapi setelah melalui proses waktu ia akan timbul kembali untuk menempati tempat yang semustinya dalam sejarah Indonesia. Setelah lebih dari satu dasa warsa, bisa pula emosi akan mendingin, akal sehat akan kembali atau pun orang juga akan lebih gampang memaafkan suatu kesalahan. Dan mungkin…
Keywords: Bung Karno, Soekarno, Guntur Sukarno, Fatmawati, Sukmawati Sukarno, Sarlito Wirawan, Sigit Edi Sutomo, Ali Murtopo, Pak Harto, Soeharto, Wardoyo, Sukemi Sastrodihardjo, PT Gunung Agung, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?