Riwayat Endang Sutara
Edisi: 17/08 / Tanggal : 1978-06-24 / Halaman : 40 / Rubrik : SD / Penulis :
DARI keluarga petani yang tidak punya sawah, lahirlah seorang
lelaki bernama Endang Sutara. Di desa Ujung Gubang, Indramayu.
Dunia dari sudut mata orang miskin ini, adalah pasar penjualan
tenaga. Itulah sebabnya ia menerima baik nasibnya, waktu ia
keluar dari bangku sekolah padahal baru kelas 4 SD. Bersama
kedua adiknya yang kemudian meramaikan teratak orang tuanya, ia
ikut menjual tenaga.
; Waktu usianya bertambah, Sutara jadi "pedagang". Ia dagang telur
kecil-kecilan. Mula-mula hanya ngubek di sekitar kampung,
kemudian berkembang, tembus sampai ke Pekalongan dan daerah
sekitarnya. Hidupnya jadi senang. Iapun merasa bahwa ia telah
sampai pada masa kejayaan sebagai manusia pedagang telor. Maka
Sutarapun berpacaran.
; Kuli Bangunan
; Tariah nama pacarnya. Wanita yatim piatu asal Tegal yang satu
profesi. Karena cinta di pelosok tanah Jawa ini tidaklah seruwet
cerita cinta yang dibikin-bikin, singkat dan langsung saja,
kawinlah keduanya. Sutara memboyong Tariah ke Indramayu serta
menjadikannya kongsi dalam bisnis telur. Menurut teori,
kesibukan telur tentunya bertambah bengkak karena dikelola
suami-isteri yang sama-sama ahli. Sayang sekali, kok tidak.
Situasi yang entah bagaimana rupanya lebih kuasa. Bila
perekonomian makin buruk maka tak adalah yang bisa dikerjakan
Sutara dan Tariah kecuali mengamati dengan cemas kemunduran
telur mereka.
; Pada suatu ketika, mereka tiba-tiba menjumpai tak ada lagi yang
bisa dikerjakan dengan telur. Dan karena mereka bukan teknosof
yang dikaruniai akal aneh-aneh, mereka tak dapat berbuat lain
kecuali kembali pada pekerjaan nenek moyang. Jadi petani. Lebih
baik dikatakan, buruh tani hidup dengan cara pas-pasan dan
menjemukan. Tapi Sutara pun merasa ada pemberontakan lagi dalam
dirinya, seperti dulu waktu ia jadi kuli. Maka dibukanyalah mata
melihat jauh. Ke Jakarta.
; Masa itu Jakarta sedang meledak. Kota ini sedang berada di
pelukan awal jabatan kedua Gubernur Ali Sadikin. Ia bagai kota
yang penuh janji, menghirup harapan orang-orang miskin di
pelosok yang tak tahu ke mana lagi harus menggantungkan nasib.
Sutara mendengar. Sutara terbujuk. Sutara bermimpi: kota yang
bising itu akan menyuapinya, lebih baik daripada membandel
sebagai buruh tani di Ujung Gubang. Dengan meninggalkan anak
bini, ia pun lepaskan cangkul, lumpur dan baju tambalan yang
menjadi seragam resminya di sawah. Ia masuk Ibukota dengan
semangat tempur dan berhasil menyulap dirinya menjadi seorang
kuli bangunan.
;…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…