Dimana Daoed Joesoef Menyandung Kaki Orang
Edisi: 20/08 / Tanggal : 1978-07-15 / Halaman : 54 / Rubrik : PDK / Penulis :
PEROMBAKAN sistim pendidikan belum mulai. Beberapa tokoh masyarakat sudah melontarkan reaksi keras terhadap pengunduran tahun ajaran baru sampai bulan Juli, mulai tahun depan. "Jangan jadikan anak-anak didik kita kelinci percobaan terus-menerus," ujar Prof Sunarjo SH, bekas rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan bekas menteri dalam negeri. Sedang bekas gubernur Ali Sadikin menuntut supaya sistim pendidikan dilandasi dasar hukum. "Supaya para menteri tidak seenaknya merubah-rubah peraturan. Kalau setiap ganti menteri ganti peraturan, yang rugi 'kan masyarakat?!" katanya ces-pleng.
Perubahan tahun ajaran tersebut ditempuh Menteri P & K Daoed Joesoef, karena dia menganggap libur panjang bulan Desember selama ini ternyata jatuh pada saat musim hujan lagi lebat-lebatnya. Merusak suasana liburan. Dan yang terpenting tahun ajaran yang dimulai bulan Januari (sejak 1966) menyulitkan perencanaan pendidikan -- karena saat itu saat berakhirnya tahun angggaran. Jadi pengunduran ke bulan Juli dari segi ini dimaksud untuk menyesuaikan diri dengan permulaan tahun anggaran.
Bagaimanapun, reaksi masyarakat -- terutama para orangtua murid -- pantas dimaklumi. Karena pengunduran yang 6 setengah bulan memang berarti banyak --dari sudut waktu dan uang -- meski Daoed Joesoef mengatakan pembayaran SPP untuk masa perpanjangan yang setengah tahun lebih itu hanya 50%. Toh sekolah swasta akan memungut penuh. Sebab gaji guru tak bisa ditawar-tawar, memang.
Reaksi-reaksi cepat terhadap rencana Pemerintah itu nampaknya terangsang oleh pemberitaan media massa dalam porsi besar, untuk keterangan Menteri Penerangan Ali Murtopo tanggal 21 Juni, selepas sidang Kabinet terbatas Bidang Kesejahteraan Rakyat. Pernvataan Ali Murtopo ketika itu sebagian mengandung pengakuan Pemerintah bahwa pelaksanaan pendidikan selama ini memang mengecewakan. Mengutip sebuah hasil survai yang dilaksanakan di Jakarta, ia menyebut daya serap murid terhadap pelajaran di sekolah dasar tidak lebih dari 50-60%, sementara di SLP 40% dan SLTA sekitar 30%. "Semua gejala negatif dalam pendidikan itu merupakan akibat dari cara coba-coba yang berjalan selama ini," alasnya.
Dia kemukakan pula niat pemerintah untuk merubah sistim pendidikan yang ada sekarang -- yang kemudian jadi pemancing berbagai reaksi tadi. Sementara Daoed…
Keywords: Menteri Pendidikan, Daoed Joesoef, , 
Artikel Majalah Text Lainnya
Wajib Pajak atau Beasiswa?
1994-05-14Mulai tahun ajaran ini, semua perguruan tinggi swasta wajib menyisihkan keuntungannya untuk beasiswa. agar uang…
Serba-Plus untuk Anak Super
1994-04-16Tahun ini, sma plus akan dibuka di beberapa provinsi. semua mengacu pada model sma taruna…
Tak Mesti Prestasi Tinggi
1994-04-16Anak cerdas tk menjamin hidupnya kelak sukses. banyak yang mengkritik, mereka tak diberikan perlakuan khusus.…