Bekerja Tanpa Cinta

Edisi: 24/08 / Tanggal : 1978-08-12 / Halaman : 40 / Rubrik : SD / Penulis :

ORANG Manado bilang "penjual tanah air." Bukan golongan
subversif. Mereka berasal dari Kecamatan Remboken, di tepian
Danau Tondano. Minahasa. Termasuk kelas rakyat biasa yang
benar-benar menggarap tanah dan air.

; Sejak zaman purbakala, masyarakat Minahasa mengenal kurek:
periuk nasi terbuat dari tanah atau gerabah. Sekarang, walaupun
mereka menanak nasi dengan rice cooker (uh!) anak-cucu para
pembuat kurek tetap mewarisi profesi nenek moyangnya. Para ibu
rumah tangga, isteri-isteri para petani cengkeh, masih
memerlukan kurek, meskipun tidak untuk nasi. Kurek sekarang
turun harkatnya menjadi hanya wadah tanaman hias untuk
mempercantik serambi.

; Kafilah Ruben

; Sebab tidak semua ibu rumah tangga mampu menyimpan keramik dari
Swatow, Dinasti Sung, Ming dan sebagainya. Mereka membeli kurek
dan memberi sumber hidup orang-orang seperti Ruben Kumontoy,
misalnya. Lelaki yang berusia 57 tahun ini sudah menjual gerabah
selama 40 tahun. Ia berasal dari Desa Pulutan, Kecamatan
Remboken, dan kini memiliki 20 orang cucu. "Sampai tua, selama
masih kuat, saya akan tetap melakukan pekerjaan ini", ujar Ruben
kepada Phill M. Sulu dari TEMPO.

; Ruben mengaku sebagai sumber hidup harian, gerabah memiliki
cukup keramahan. Sejak pengabdiannya pada kurek, ia sanggup
bertahan sambil membangun sebuah rumah papan beratap seng
seluas 2 bilik. Dengan kumpul-kumpul hasilnya, ia juga sanggup
membeli kebun ladang yang kini ditanaminya dengan cengkeh. Masih
ada lagi. Ia juga berhasil memiliki sebidang sawah, mengawinkan
4 orang anak serta membiayai kedua anaknya yang lain. Masih ada
lagi. Sebagai investasi untuk meningkatkan produksi ia juga
berhasil memiliki 3 ekor kuda dan sebuah pedati. Ruben ternyata
seorang pedagang gerabah yang sukses.

; Dua kali sebulan, Ruben naik pedati kuda yang sarat gerabah,
menjelajahi jalan raya ke utara, jauh sekali, sampai tembus ke
kota pelabuhan…

Keywords: -

---

Foto Terkait