Ibadah Haji Kubawa Mati

Edisi: 26/08 / Tanggal : 1978-08-26 / Halaman : 23 / Rubrik : SD / Penulis :


 

SEMUA ini pakaian dunia tak kubawa mati. Yang kubawa mati ibadah hajiku." Ini kata Jumantan kepada Ahmad Jinglur, tukang sepeda yang juga merangkap memperbaiki stromking. Jinglur telah menabung selama 9 tahun untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu hatinya tergetar mendengar ucapan isterinya. Apalagi tatkala Jumantan menanggalkan seluruh perhiasan yang dimilikinya, termasuk "paun" alias ringgit mas yang rupanya diam-diam ia simpan. Jinglur jadi terharu, lalu memegang tangan bininya, dan mereka berangkat ke Tanah Suci pada tahun 1935 itu juga.

Haji Ahmad Jinglur, yang jadi penduduk Kampung Jawa Martapura, Banjarmasin, sekarang berusia 98 tahun. Tapi ia tak bisa melupakan apa yang terjadi 43 tahun lalu itu. Ongkos naik haji masih sekitar f.700 alias 700 uang perang, bergambar Wilhelmina. Ia terlepit di antara 1500 orang jemaah dalam kapal Oceanus milik maskapai Jerman. Para calon haji dari Madura, Sunda, Bugis, Jawa, Banjar, dengan sabar berkubang dalam perut kapal selama 24 hari. Kapal merambat dengan tenang tetapi pasti lewat Surabaya, Belawan, Sabang, Kolombo, dan tembus ke Jiddah.

Bagai Raja

Ahmad dan Jumantan selain menyiapkan hati bersih, juga membawa sekarung beras, ikan kering, abon, dendeng dan bumbu masakan kering. "Maklum selera kita tak sama dengan lidah orang Arab," kisahnya kepada Rachmat Marlim dari TEMPO. Di tengah laut, waktu menunggu tidak lewat sia-sia. Karena dalam kapal ikut serta KH Kasyful Anwar (almarhum) pendiri Pesantren Darussalam, Martapura, yang membimbing jemaah dalam soal ibadah.

Ahmad amat terkesan dengan pergaulan yang ramai itu. Walaupun satu ketika jantungnya seperti diiris, karena salah seorang jemaah meninggal. Jenazahnya diturunkan ke laut di hadapan seluruh jemaah dengan doa dan tahlil. "Ia berkubur di laut, tak bernisan, mungkin kemudian dilalap ikan buas," tuturnya.

Di Jiddah, Ahmad berkenalan dengan onta. Di punggung binatang itu, antara Jiddah dan Mekkah ia melihat padang pasir satu hari satu malam. Malam hari tukang stromking ini menghitung bintang di langit, sementara hatinya merasa damai dan syahdu. Apalagi dari mulut orang Badawi dan anggota kafilah sering mengucur lagu qasidah. "Ah perjalanan dengan onta itu tak saya tukarkan dengan apa pun, biar dengan kapal terbang pun," ujarnya.

Apalagi dari Mina ke Medinah yang dilapisi 7 buah kampung, dalam waktu 14 hari 14 malam. Ahmad kenyang oleh keindahan dari punggung onta yang membuatnya jadi melamun. "Naik onta tidak seperti naik sepeda. Kita duduk dalam sekedup, sedang orang Badawi berjalan kaki mengewer kendali onta di bawah kita, rasanya seperti raja-raja." Bila sekedup oleng, ia tinggal teriak: "Mizan! Mizan!" Artinya keseimbangan.…

Keywords: Ibadah HajiMekkahJumantanAhmad JinglurKH Kasyful AnwarTasinHasyim MuchtarHaji IsmailMasdugyK.H. Syaichu
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DIA DI BELAKANG PENONTON
1983-02-05

Walaupun bisa nonton gratis, penghasilan rata-rata kecil, juga terancam bahaya radiasi.

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu bahwa orang bertato akan diculik jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun, bahkan…

D
DI TUBUHMU KULIHAT TATO
1983-02-12

Dengan adanya isu orang yang bertato akan dibunuh, jumlah permintaan untuk ditato menjadi turun bahkan…