"andunusi", Dengan Impian Haji ...; "andunusi", Dengan Impian Haji ...

Edisi: 35/08 / Tanggal : 1978-10-28 / Halaman : 57 / Rubrik : PJL / Penulis :


 

DUA truk mini berhenti di depan pintu gerbang Kedutaan Besar Republik Indonesia Jeddah pada suatu siang yang terik tiga pekan silam. Di dalam kantor kedutaan terjadi pembicaraan antara polisi yang mengawal truk-truk itu dengan para pejabat. Di luar, para penumpang truk menjadi perhatian orang banyak. Penumpang itu adalah orang-orang Indonesia. "Mereka ditangkap karena tidak mempunyai izin tinggal di Saudi," kata Haji Ishak, kepala bagian konsuler KBRI Jeddah.

Wajah mereka sudah kelihatan lusuh. Beberapa mengaku sudah tidak mandi selama seminggu. Masih ada bertengger senyum, tapi kelihatan lelah. Salah seorang di antara mereka -- dengan izin polisi -- diizinkan turun untuk sekedar istirahat. Lelaki tua itu dipapah melangkah ke halaman kedutaan. Ketika pakaiannya disingkapkan, tubuhnya ternyata sudah bengkak-bengkak. Sebuah borok besar bahkan bertengger di punggungnya. Setelah diberi minum, ia kembali naik truk untuk seterusnya dikembalikan ke rumah tahanan.

Mengapa mereka tidak dibebaskan? "Polisi Saudi memang mau membebaskan mereka, tapi kita tidak bisa menerimanya. Mereka itu tidak punya tiket pulang," kata seorang pejabat di KBRI. Dan orang-orang Indonesia yang malang itu -- penuh harap bisa berhaji tahun ini -- dipulangkan kembali ke rumah tahanan tempat mereka disekap bersama ribuan manusia dari segala bangsa yang berada di Saudi tanpa izin tinggal.

Mengurusi izin tinggal orang Indonesia di Arab Saudi ini memang pekerjaan baru bagi KBRI. Dan juga bagi pemerintah Saudi. Syahdan, maka sejak agama Islam diturunkan Allah ke muka bumi ini, sejak itu pula berduyun-duyun manusia muslim dari pelbagai penjuru dunia datang menetap di tanah yang menyimpan Baitullah itu.

Alasan mereka datang ke sana tentu macam-macam. Mula-mula dan terutama tentu beribadah atau belajar agama. Tapi lama-kelamaan ada pula dibarengi niat cari nafkah. Ini jadi amat menyolok setelah petrodollar muncrat secara fantastis di negeri yang kini dipimpin oleh keturunan Raja Abdul Aziz itu.

Kapan orang Indonesia mulai bermukim di Mekah? Tidak ada tahun yang pasti. Mungkin sejak abad ke-18. Dan sejak mukimin pertama itu, hingga hari ini arus pribumi Indonesia ke sana tidak putus-putusnya. Keturunan para mukimin terdahulu itu sudah banyak yang tidak kenal lagi tanah leluhur mereka di Nusantara ini. Tapi bagi orang yang datang dari Indonesia, mereka itu tidak sulit dikenali. Lihat saja nama mereka. Kalau ada yang memakai Al Battawi (Betawi), Al Palembani (Palembang), Al Bugisi (Bugis), Al Banjari (Banjar), pastilah mereka itu keturunan Indonesia.

Di antara mereka tidak jarang yang kini jadi jutawan terkemuka. Salah satu keturunan Al Palembani, misalnya, dikenal luas di Saudi sebagai orang kaya besar. Yang jadi pejabat? Jangan tanya. Jabatan tinggi di kepolisian, imigrasi…

Keywords: Arab SaudiTenaga Kerja IndonesiaTKIHaji IshakKBRI JeddahRaja Abdul AzizHaji MuchsanRaja SaliHaji Rustam PaneMuhamad Dimyati
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

1
12 TAHUN, SETELAH KONFRONTASI
1975-12-20

Proyek perkebunan dan pemukiman dari sabah land development board (sldb) banyak menyerap buruh tamu dari…

M
MENENGOK ORANG HUTAN MODERN
1976-06-12

Laporan wartawan tempo atas peninjauan ke kal-tim dalam kegiatan kayan river timber products. pemilik hak…

M
MAKAM HAWA BERLUMUT & JEDDAH YANG... ; MAKAM HAWA BERLUMUT & JEDDAH YANG...
1976-10-30

Makam siti hawa, istri nabi adam yang terdapat di kota jeddah, berlumut. kota jeddah sudah…