Salah Diagnosa Di Singapura

Edisi: 46/06 / Tanggal : 1977-01-15 / Halaman : 41 / Rubrik : KSH / Penulis :


BEROBAT ke luar negeri masih merupakan kebanggaan di kalangan
atas di Indonesia. Ada ketidak-percayaan kepada dokter-dokter
dalam negeri. Tapi ketidak-percayaan itu tidak selalu berdasar.
Ini salah satu cerita lain tentang itu:

; DI daerah Petojo, Jakarta, telepon berdering di rumah Pak
Satri. Singapura sedang bicara. "Bagaimana kalau anak anda
dibawa kembali ke Singapura. Kami akan melakukan pembedahan",
tanya suara di ujung sana.

; Satri yang tempo hari kelihatan lebih tua dan agak kurusan, tapi
sekarang tampak jadi lebih tenang, jadi naik pitam mendengar
pertanyaan dokter Singapura itu. "Persetan! Bagaimana mungkin
kalian mau membedah anak saya sedangkan kalian tidak tahu bahwa
anak saya menderita tumor di otaknya?! Tiga minggu kalian
memeriksanya. Apa? Kalian katakan sakit kepalanya karena tekanan
jiwa. Janganlah menyesatkan orang ya!", bentaknya menutup
pembicaraan.

; Pak Satri dan isterinya sekarang memang kelihatan lebih
bergairah dari hari-hari yang lalu. Soalnya, putera mereka yang
kedua, Sastra Setiadharma sudah ketahuan penyakitnya: tumor di
otak.

; Ini saja sudah begitu penting buat mereka. Sebab untuk sampai
pada penemuan itu, Sastra harus menderita banyak. Hidungnya
sempat dioperasi. "Karena menurut dokter yang memeriksa, gejala
pusing dan muntah-muntah yang saya derita akibat tersumbatnya
sinus", cerita Sastra kepada wartawan TEMPO.

; Sehabis operasi tersebut dia masih menderita penyakit pusing dan
muntah-muntah. "Dokter-dokter di sini brengsek. Belum tahu
persis sudah main operasi saja", begitulah fikirnya. Kemudian
setelah berembuk dengan kedua orangtuanya akhirnya diputuskan
untuk minta bantuan ke Singapura.

; Tersinggung

; Tanggal 18 Mei 1976 dia berangkat. Dia mendekam 3 minggu di
sana. Pemeriksaan sudah dilakukan secermat-cermatnya dan para
dokter di sana berketetapan bahwa penyakitnya disebabkan tekanan
mental. Tekanan mental itu diperkirakan bisa terjadi karena
Sastra yang baru pulang menyelesaikan pelajaran akuntansi di
Kanada memergoki keadaan yang berbeda di Jakarta.

; Di rumahsakit Singapura dia hanya dijejali obat pusing dan
muntah-muntah. Sastra disarankan untuk berobat pada dokter ahli
jiwa. Ia tak dapat menyetujui pendapat dokter ahli syaraf di
Singapura itu. Ia tersinggung dan marah. "Saya tidak gila. Mari
kita pulang saja ke Jakarta", demikian anak muda berumur 27 itu
membujuk orang-tuanya.

; Dua hari setelah mendarat di Jakarta ia masuk sebuah rumahsakit
di sini. Dokter ahli-penyakit-dalam yang memeriksanya. Oleh ahli
penyakit-dalam ini, terulang lagi diagnosa bahwa Sastra tidak
menderita…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Awas, Olahraga dan Rapuh Tulang
1994-05-14

Olahraga keras dan berlebihan bisa mengakibatkan rapuh tulang. pelari maraton, pebalet, atlet dayung, dan pelatih…

D
Dari Mana Raja Singa di Wamena?
1994-04-16

Banyak penduduk pedalaman irian jaya ditemukan mengidap penyakit kelamin. sejumlah pria pernah diundang "pesiar" ke…

C
Cangkok Cara Tegalrejo
1994-04-16

Rumah sakit tegalrejo semarang mencatat sukses mencangkok sumsum penderita talasemia. tanpa transfusi, pasien bisa hidup…