Aminah Sekarang Bintang Bukitduri

Edisi: 44/06 / Tanggal : 1977-01-01 / Halaman : 36 / Rubrik : SD / Penulis :

"SAYA bukan drakula. Pedih hati saya membaca koran menyebut saya begitu". Aminah, 48 tahun, terhukum dalam kasus pembunuhan isteri seorang wartawan tahun 1966 di Kebayoran Baru Jakarta, menangis. Kecuali menyebut perlunya koran tersebut membuat ralat, dua pekan lalu di kamar jaga LPK Wanita Bukitduri ia masih berkata: "Saya bukan pembunuh. Begitu korban (nyonya Hafsah - Red) menggeletak (ditikamnya di rumahnya sendiri Jalan Ciomas Kebayoran Baru), saya heran mengapa berbuat seperti itu. Saya lakukan itu dalam keadaan tidak sadar. Waktu itu saya sakit darah tinggi. Tekanan darah saya mencapai 180 sampai 200. Saya jengkel Hafsah memaksa untuk meminjaminya uang Rp 300".

Ia menyesal. "Tiga bulan pertama saya tinggal di sini saya tak bisa makan", tutur Aminah. Bukan itu saja. "Ia emosionil", ucap seorang petugas. Maksudnya, cepat tersinggung. Menurut cerita Aminah sendiri, pernah terjadi beberapa kawannya sesama penghuni LPK memperolok-olok dia sebagai drakula. Kontan ia ngambek. Tapi tak bisa berbuat banyak sebab petugas cepat mengatasinya. Aminah yang dongkol sembunyi di satu tempat beberapa waktu lamanya.

Sudah 10 tahun ia tinggal di Bukitduri - setelah beberapa minggu sebelumnya meringkuk di sebuah asrama Polri. Perawakannya gemuk. Seberapa jauh perkembangan berat badan dan kesehatannya dibanding ketika ia masih bebas dulu, tidak jelas. Yang terang, kulitnya tetap putih. Mata sipit. "Banyak orang mengira saya Cina", kata Aminah. Padahal, "Saya Sunda asli. Saya lahir dan dibesarkan di Bandung. Dua di antara tiga saudara saya kabarnya kini masih di sana". Menurut…

Keywords: Pembunuhan, Narapidana, Bukit Duri, Aminah, Wedana, Ny. Hafsah, 

---

Foto Terkait