Setelah Sang Dokter Loncat Dari ...

Edisi: 10/07 / Tanggal : 1977-05-07 / Halaman : 56 / Rubrik : TK / Penulis :


KEPINGAN cerita dari tragedi Twin Otter mungkin akan hilang satu-satu. Tapi tokoh-tokoh yang tersangkut di dalamnya barangkali akan lebih lama dikenang. Setidak-tidaknya mereka yang telah melakukan amalan baik selama musibah. Menteri Emil Salim, beberapa waktu yang lalu menyebut-nyebut lima orang yang direncanakannya untuk mendapat penghargaan. Di antara mereka adalah dr. Dwiwahyono, yang sampai kini masih tetap terbaring di RS Propinsi Sulawesi Tengah di Palu bersama empat penderita lainnya.

*) Sesungguhnyalah Dwiwahyono, yang memang selayaknya sebagai seorang dokter, telah banyak membantu menghindarkan sesama korban yang masih bisa ditolong dari kemungkinan menjadi lebih parah. Atau, dengan kata lain, berikhtiar mengurangi jumlah calon jenazah -- sementara ia sendiri harus merangkak-rangkak lantaran cedera berat. Membalut anggota-anggota tubuh yang luka dengan perban, menginjeksi, memberi obat atau vitamin, maupun meninggikan mental dengan hal-hal keagamaan, memang penting sekali. Tapi yang juga sangat penting adalah usahanya untuk mencegah siapa saja yang bermaksud meninggalkan lokasi kecelakaan - dengan kemungkinan malah menemui maut. Itu dilakukannya misalnya pada hari ketujuh, ketika orang-orang -- termasuk Ny. Husni Alatas, yang waktu itu mengira dirinya mungkin "sudah agak baik" -- beranjak pergi setelah kehabisan makanan. Juga Pilot Anwar, yang belakangan diketahui "retak tulang kepalanya di bagian belakang, sehingga semestinya tidak begitu sadar" -- menurut Kepala RS Palu dr. Simorangkir yang memeriksa jenazahnya.

"Saya ingat betul, "tutur Dwi, "betapa nyaring suara saya di tengah hutan itu mencegah mereka pergi". Nah. Apa yang menyebabkan Dwi begitu yakin: bahwa lebih baik tetap tinggal di tempat? Pertama, menurut bahasanya sendiri: akal sehat. "Sedang barang yang hilang selalu kita cari. Apa lagi kalau orang yang hilang. Pasti kita sedang dicari". Lengkapnya nama-nama yang disebut Menteri adalah: Koptu Kopasgat Dominikus Poin, Kopda Kopasgat Sunardi, Kapten helikopter Alonette IAT Arthurson dan Kapten Pilot BO 105 Pelita Air Service Antonius Suwarso, serta dr. Dwiwahyono. Lain dari itu musibah ini bukanlah yang paling besar baginya. Ia yang menyatakan "sudah 27 kali mendapat kecelakaan besar maupun kecil", pernah mengalami tabrakan sepeda motor di Jakarta --dengan hasil yang lebih parah. Dokter ini memang punya kepercayaan diri sendiri yang ternyata menakjubkan juga besarnya. Selalu Siap Melompat Orang muda berumur 28 tahun ini bukanlah tipe dokter seperti yang umumnya dibayangkan orang: yang kalem, tersenyum-senyum, menyuntik sambil membujuk-bujuk. Dwi, lulusan UI 1974, yang mengaku dulu memimpin karate atau kempo di fakultasnya, adalah potongan anak muda yang banyak bergerak, banyak bicara,…

Keywords: KecelakaanTwin OtterEmil SalimDr. DwiwahyonoNy. Husni AlatasDr. SimorangkirDominikus PoinSunardiAlonette IAT ArthursonAntonius Suwarso
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
DICK, SI RAJA SERBA ADA
1984-01-21

Pengusaha, 50, perintis toko serba ada, gelael supermarket. juga pemilik restoran kentucky, dan es krim…

P
PENGAWAL DEMONSTRAN DI MASA TRITURA
1984-01-14

Letjen (purn), 60. karier dan pengalamannya, mengawal para demonstran kappi/kami pada saat terjadi aksi tritura…

A
AHLI NUKLIR, DALAM WARNA HIJAU
1984-01-28

Achmad baiquni, dirjen batan, ahli fisika atom yang pertama di indonesia.