Islam Setelah Pemilu 1977 ...
Edisi: 11/07 / Tanggal : 1977-05-14 / Halaman : 06 / Rubrik : NAS / Penulis :
HASIL penghitungan suara terbata-bata, sedikit. Dan PDI dan PPP tak puas. Tapi bagaimanapun juga, kenyataan yang terbayang dari hasil sementara pemilu 1977 sampai awal pekan ini adalah: hanya jumlah pencoblos partai-partai Islam, yang kini bergabung dalam PPP. yang cenderung meningkat jumlahnya. Dibandingkan dengan pemilu 1971 Golkar turun dan PDI merosot, sementara PPP mungkin dapat tamballan kursi. Bahkan di DKI Jakarta. tempat yang dinilai paling "bebas dan rahasia" untuk memilih PPP menang dan Golkar kalah.
Dan harga PPP pun boleh dibilang naik. Di DPR nanti suara terbanyak memang akan tetap berada di tangan Golkar dan ABRI, seperti dalam DPR sebelumnya. Tapi siapa yang pandai membaca yang tidak tersurat dalam pemilu 1977 ini akan faham: "golongan Islam" di Indonesia kini menaunpakkan diri lebih tegas. "Hasil sementara pemilu menunjukkan kemenangan mental dan politis bagi PPP", komentar K.H. Syaifuddin Zuhri, tokoh NU dan bekas Menteri Agama kepada TEMPO. "Itu menghilangkan image seakan PPP hanya fatamorgana", tambahnya.
Ini sebenarnya sudah bisa dilihat selama kampanye. Menyadari pentingnya suara para pemilih dari kalangan Islam sebagai calon penusuk PPP, Golkar bersaing seru di situ. Hingga tersebutlah sebuah lelucon: seorang bekas pendukung Masjumi ketika ditanya apa yang akan dipilihnya dalam pemilu 1977. menjawab setengah bergurau: "Golkar". Kenapa? "Habis, semboyan PPP memperjuangkan Pancasila dan UUD 45, sedang semboyan Golkar memperjuangkan Islam".
Bagaimana Golkar dengan berapi-api menyatakan diri memperjuangkan umat Islam, setidaknya bisa didengar dari ucapan Menteri Dalam Negeri Amirmachmud. "Karena sebagian terbesar penduduk beragama Islam, dengan sendirinya perkembangan agama Islamlah yang dititik-beratkan oleh pemerintah orde baru", katanya di Cirebon. "Saya sendiri akan berjihad fisabilillah demi kemajuan Islam", tambahnya.
Di Kalimantan Selatan, ketua umum DPP Golkar Amir Murtono tak bicara soal jihad. Tapi ia disambut spanduk berbunyi "Golkar Perjuangkan Pendidikan Islam". Di sana ia juga menyatakan, Golkar banyak berjuang untuk kepentingan agama khususnya agama Islam", katanya.
Tokoh Golkar dan Menteri Penerangan Mashuri pun di Ampenan (Lombok) bicara soal Islam. Ia memberi alasan mengapa Golkar menampilkan tandagambar Beringin. Dalam sejarah Islam, begitu ceritanya, menjelang perjanjian Hudaibiyah, Nabi Muhammad SAW duduk di bawah sebatang pohon rindang. Umat Islam berkumpul di sana, menyatakan janji setia. Mereka lantas disebut kaum 'syaja'- kaum yang bernaung di bawah pohon. Dan Muhammad Alhabsyi, ulama dari Kwitang Jakarta itu, mengutip cerita serupa.
Sementara di Malang selatan ditemukan gambar Beringin dalam kaligrafi ayat-ayat Alqur'an, di alun-alun Demak berdiri patung haji ukuran raksasa menusuk tandagambar Golkar. Sejalan dengan itu harian Benta Yudha tampil dengan karikatur berbunyi: "Islam Agamaku, Ka'bah Kiblatku, Golkar Pilihanku".
Semua ini nampaknya tak berbeda banyak dibanding pemihl 1971. Di masa itu Guppi (Gabungan Usaha-Usaha Perbaikan Pendidikan Islam) yang disokong Golkar juga berusaha keras mencari suara di kalangan pesantren. Di Jawa Timur waktu itu bahkan ada poster: "Nabi Muhammad SAW adalah karyawan agung".
Betapapun, kampanye pemilu 1977 dalam merebut hati umat Islam menunjukkan ikhtiar yang lebih seru. Kali ini misalnya, kaum penganut "Kepercayaan" dan masalah kebatinan tidak lagi nampak dalam kampanye Golkar."Dalam pemilu sekarang", kata Arymurthy, sekjen SKK (Sekretariat Kerjasama Kepercayaan), "kami tidak meiarang anggota SKK yang jumlahnya 120 aliran membantu Golkar atau kontestan lain". Sementara itu soal-soal yang bisa menggetarkan umat Islam kali ini lebih terdengar. Bahaya ancaman dari "Komando Jihad" dimaklumkan pemerintah dan terjadi penangkapan di mana-mana satu hal yang oleh kalangan PPP dianggap bisa mengurangi suara PPP, walaupun secara resmi partai itu tidak dinyatakan terlihat. Di sanlping itu Berita Yudha juga beberapa hari selama kampanye sempat memuat potret buah keganasan DI/TII sekitar 25 tahun yang lalu, dan Amirmachmud menyatakan ada kampanyewan PPP di Bogor yang bicara lagi soal "Negara Islam". Dan di Jawa Timur, Menteri Dalam Negeri yang giat ini menyatakan pula tekadnya: "Kalau ajaran…
Keywords: PDI, PPP, Golkar, K.H. Syaifuddin Zuhri, Amirmachmud, Amir Murtono, Mashuri, Muhammad Alhabsyi, Komando Jihad, Mr. Kasman, Sabam Sirait, Husni Thamrin, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?