Balada Si Pandir Kelana
Edisi: 18/07 / Tanggal : 1977-07-02 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :
Mukamu memang cakep dan tampan Peluru panser pun tak kan mempan Terlanjur sudah berkulit badag
Bertambah tua, bertambah serakah Sumpahmu kau anggap sampah
***
ITULAH sebagian dari 17 baris puisi berjudul Ballada Untukmu, Setan-setan Siluman. Pemllisnya Mayjen Slamet Danusudirdjo (dengan nama samaran Pandir Kelana), 52 tahun, yang rupanya tak mau kalah menulis puisi protes seperti halnya penyair Rendra. Ditulis 24 Juni lalu, itulah cerminan kejengkelan Ketua tim 'Walisongo' yang juga duduk sebagai salah satu Deputi Pappenas.
Tak biasa bicara banyak, pekan lalu ia benar-benar jengkel menghadapi penyelundupan dan pungutan liar di pelabuhan Tanjungpriok, Jakarta. Itu wajar. Sebab 4 tahun sebelumnya, ketika Tanjungpriok sibuk dengan operasi bersih, ia juga menulis sajak. Judulnya Si Denok Bandarwati, yang melukiskan Priok sebagai pelabuhan yang sedang berbenah mempercantik diri menyambut masa depan.
Menyambut ulang tahun ke 100 pelabuhan tersebut pertengahan bulan lalu sekali lagi Slamet menulis puisi. Kali ini ditulis bersama Pj. Gubernur DKI Ali Sadikin, Dirjen Perla Haryono Nimpuno dan Administratur Pelabuhan Tanjungpriok JE Habibie. Bagaikan prasasti, puisi yang diabadikan pada selembar…
Keywords: Penyelundupan, Mayjen Slamet Danusudirdjo, Pandir Kelana, Walisongo, Si Denok Bandarwati, Ali Sadikin, Perla Haryono Nimpuno, JE Habibie, Jenderal Slamet, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?