Pada Titik Yang Tak Bisa Kembali

Edisi: 31/07 / Tanggal : 1977-10-01 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


TEPAT jam 7 pagi Sabtu pekan kemarin, sebuah sedan hijau tua Valiant B 2017 DA berhenti di halaman Markas Kopkamtib, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Seorang lelaki berstelan safari putih-putih bergegas turun, mendaki tangga berlapis karpet plastik merah, masuk ke kantornya. Tiga vulpen Parker kuning keemasan terselip di lengan kiri. Rambutnya yang tipis disisir rapi ke belakang sudah berseling dengan warna putih. 

Ia adalah Sudomo, ketua Opstibpus, yang hari itu genap berusia 51 tahun 4 hari. Ada hadiah istimewa buat sang Laksamana: seuntai syair, ditulis oleh Ka Puspen Hankam, Brigjen Darjono SH. Tapi hadiah paling berharga diterima dari Letkol (L) Chaeruddin Lubis, salah seorang Dan Satgas Opstibpus. Tepat pada hari ulang tahun Sudomo, 20 September, Satgas tersebut menangkap basah Jaksa Stj yang lagi menerima sogok Rp 1 juta di kantor Kejaksaan Tinggi Jalan Gajah Mada Jakarta - dalam sebuah operasi kilat selama 30 menit. 

Orang-orang Sudomo memberi kesan bertindak cepat. Sudomo sendiri tampaknya selalu tak sabaran. Ia tampak agak lebih kurus. Barangkali karena kegiatan Opstibpus - di samping kegiatan sehari-hari sebagai Kas Kopkamtib. "Jam 7 pagi biasanya selalu menerima laporan staf, lalu menerima tamu," kata Brigjen Darjono. Dan kalau acara lagi padat, "sering istirahat tidur siang sebentar di kantor," tambah Kapten Supriyadi (29) yang sudah 3 tahun menjadi ajudannya. 

Setiap Selasa ia menghadiri sidang Dewan Stabilisasi Politik, Ekonomi dan Keamanan Nasional di Bina Graha. "Di kantor, sehari rata-rata memimpin rapat dua kali. Bukan hanya soal Opstib tapi juga tugas Kopkamtib," ujar Lettu (L) Sugiarto (30), ajudan lainnya yang juga sudah 4 tahun mengawal Sudomo. 

Acara Sudomo hari Sabtu itu rada istimewa. Setelah melakukan 'pendadakan' di kantor-kantor Imigrasi, Pajak dan kantor Bea Cukai di bandar udara Halim Perdana Kusuma, hari itu melancarkan 'pendidikan' di dua kantor kelurahan dan satu kecamatan. 

"Orang mengira Opstib hanya mencari-cari kesalahan, dinilai berapa kali melakukan kejutan atau pendadakan. Tidak. Opstib juga melakukan 'pendidikan,' memberi saran perbaikan organisasi dan administrasi pemerintahan,"kata Sudomo seperti dicatat oleh Widi Yarmanto dari TEMPO. Hari itu ia juga bermaksud mencek sendiri, sejauh mana rakyat mendukung kebijaksanaan Pemerintah dan mengerti Operasi Tertib. 

Maka tepat jam 10.30. minggu lalu itu, dua armada bus Damri biru muda berbintang lima - L 3005 AX & L 1002 GM - beriringan menuju kantor kelurahan Pasar Baru yang berpenduduk 32.300 jiwa. Begitu turun, Sudomo dan sejumlah wartawan langsung masuk menyerbu ruang kerja Lurah Sutat (46) tanpa permisi. Mereka berjubel. Lurah yang gembrot berkulit hitam itu tentu saja terbengong-bengong. 

"Lho, ada apa ini? Jangan masuk semua. Cuma ada 4 kursi, yang lain keluar," teriak Lurah sembari memanggil petugas Kamtib. Sudomo yang langsung duduk di kursi rotan coklat itu tenang-tenang saja. "Sabar, nggak ada apa-apa," katanya sambil melepas kacamata hitamnya. 

"Pak Lurah belum kenal? Ini kan Pak Domo, ketua Opstib," ujar seorang wartawan Kontan Sutat bersikap sempurna menghormat sang Laksamana. "Saya sudah sering lihat gambar Pak Domo di koran atau di televisi. Tapi bertemu muka baru sekarang. Kan lain gambar sama orangnya," katanya sambil tertawa keras. 

"Maaf pak ya, saya kira tadi ada yang mau melapor soal penggusuran rumah. Soalnya kemarin ada penggusuran. Saya sendiri diancam, saya kira sekarang mau diculik. Tapi setelah Pak Domo masuk malah saya kira petugas Kesehatan. Habis pakaiannya putih-putih," tambah Lurah. Suasana jadi semakin ger. Seorang pegawai kelurahan malah mengira ada copet ramai-ramai ditangkap. "Di sini memang banyak penduduk yang menangkap copet lalu melapor ke mari. Tapi setelah pak Domo masuk, saya jadi maklum. Saya kenal pak Domo karena baca koran," katanya. 

Lalu Sudomo menjelaskan maksud kedatangannya. Lurah bercerita untuk membiayai kantornya - sebagaimana kantor kelurahan lainnya - tak ada anggaran dari Pemerintah. Semua…

Keywords: OpstibSudomoKa Puspen HankamBrigjen Darjono SHChaeruddin LubisKapten SupriyadiLurah SutatKol. drs. Haji SukirmanLettu SugiartoBrigjen SukotjoLetkol R. Samino
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?