Empat Anak Sampai Nol
Edisi: 31/07 / Tanggal : 1977-10-01 / Halaman : 37 / Rubrik : KL / Penulis : SINGARIMBUN, MASRI
ADA semacam perisai biru berbentuk jantung berujung empat, tiga di atas. Di dalamnya terpancang padi dan sepasang suami isteri beserta empat anak mereka, dua laki-laki dua perempuan. Begitulah wujud lambang keluarga berencana yang dicanangkan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) melalui publikasi Keluarga Sejahtera pada tahun 1969.
Warna tetap biru, perisai dipertahankan, tapi lengkungan bingkai dan komposisi lebih bergaya pada lambang milik BKKBN, setelah LKBN meninggalkan arena dengan baik-baik. Namun anak yang empat cuma tinggal dua dalam perisai: laki-laki perempuan, diapit ayah bunda yang tegak dan gagah. Dengan begitu terjadi penyusutan jumlah anak secara drastis pada lambang KB. Perkumpulan Keluarga Berencana lndonesia (PKBI) juga pakai dua anak saja ini terlukis dalam bunga melati dengan ayah bunda, keduanya membungkuk pada anak mereka, seperti melambangkan kasih sayang yang melimpah ruah.
Kiranya lambang resmi KB dengan dua anak ini sudah mapan, mana pula sudah menyusup ke mata uang lima rupiahan. Selaras dengan itu Gerakan Mahasiswa Untuk Pembatasan Pertambahan Penduduk juga sudah mencanangkan dua anak. Mereka mau menggerakkan pertambahan penduduk ke arah nol. Gerakan ZPG: Zero Population Growth. Kata mereka dengan lantang dan konsisten: cukup dua anak dan ayo lambat kawin. Pemuda-pemuda ini sudah berani mendengungkan "cukup dua anak" pada 1973 ketika orang lain masih menunggu dan diam seperti lambang.
…
Keywords: Masri Singarimbun, Lambang BKKBN, LKBN, PKBI, Gerakan ZPG, Lambang KB, Femina, 
Artikel Majalah Text Lainnya
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…
Kekerasan Polisi
1994-05-14Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…