Diam Mengasah Kebencian

Edisi: 33/07 / Tanggal : 1977-10-15 / Halaman : 36 / Rubrik : MS / Penulis :


ADA orang bilang kami memainkan musik folk yang santai untuk
pelarian. Itu kami tolak," ujar Iwan Abdulrachman di panggung
terbuka TIM. Bersama 40 kawan-kawannya ia muncul kembali dengan
gegap-gempita. Dengan mulut menganga lebar, dengan gitar, dram,
flut, harmonika, tanggal 1 dan 2 Oktober itu mereka membuktikan
diri benar-benar tidak loyo. "Memang kami diam. Tapi kami diam
untuk mengasah kebencian," lanjut Iwan, yang kelihatan agak
kelewatan semanatnya malam itu.

; Tak kurang 13 buah lagu mereka umbar ke telinga para penonton
yang semula agaknya mengira akan mendengar musik jreng. Waktu
Iwan dan kawan-kawannya muncul secara tenang-tenang saja, dengan
begitu banyak pemain, orang mulai mengejek. Apalagi tatkala
insinyur pertanian ini mengeluarkan secarik kertas dari
kantongnya yang berisi urutan lagu, dengan gaya yang lugu.
Ejekan mulai dilontarkan dari arah belakang. Tapi semua gangguan
tiba-tiba padam begitu saja…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…