Rakyat, Tradisional Maupun Tidak
Edisi: 33/07 / Tanggal : 1977-10-15 / Halaman : 56 / Rubrik : TER / Penulis :
PEKAN Teater Tradisionil ke-II di TIM (26 September s/d 1 Oktober) memang boleh menimbulkan pertanyaan. Benarkah kesenian yang selama ini dikenal sebagai 'teater rakyat' boleh disebut 'teater tradisionil'? Soalnya, bentuk-bentuk seperti ketoprak ongkek (Yogyakarta), ubrug topeng (Banten), mamanda (Kalimantan Selatan), mendu (Riau), randai (Sumatera Barat), topeng prembon (Bali), yakni nomor-nomor yang tampil dalam pekan itu, terhitung jenis-jenis yang relatif masih muda. Di samping itu, setidak-tidaknya sebagian jelas mendapat pengaruh teater Barat dalam kadar yang cukup besar.
Itulah sebabnya D. Djajakusuma, bekas Ketua Dewan Kesenian Jakarta, dalam salah-satu diskusi yang diadakan dalam pekan tersebut meragukan istilah 'tradisionil' itu. Sedang Kasim Achmad dari Direktorat Kesenian P&K (yang menyelenggarakan pekan teater ini untuk kedua kalinya, dengan kerjasama DKJ) menggolongkan jenis-jenis tersebut sebagai 'teater masa transisi' - yakni antara 'teater tradisionil' yang disebutnya terdahulu dan 'teater "modern" yang disebut belakangan. Kelihatan logis.
Tapi tokoh tari seperti Eddie Sedyawati keberatan pada kategorisasi tersebut - bila dimaksud untuk menunjukkan satu perjalanan…
Keywords: Syubah Asa, Putu Wijaya, Teater Tradisional, Teater Barat, Transisi Teater, D. Djajakusuma, Kasim Achmad, Eddie Sedyawati, Dardanella, Komedi Bangsawan, , 
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…