Diturunkan Dewata Di Pinggir Danau

Edisi: 39/07 / Tanggal : 1977-11-26 / Halaman : 16 / Rubrik : ILT / Penulis :

TRUNYAN, sebuah desa di sebelah timur Danau ~atur, di jantung Bali, letaknya persis di tepi danau. ~Dulu, menurut James Danandjaja (ahli cerita rakyat FS-UT yang minggu lalu menggondol gelar doktor dalam jurusan Antropologi Budaya) desa itu merupakan Gunung Batur yang sesungguhnya. Karena letusan yang hebat, kawah gunung purba itu amblas - terisi air, dan jadi danau. Salah-satu lereng kawah, karena kikisan angin, membentuk dataran yang luasnya tak lebih dari 1 kmÿFD. Di situlan penduduk Trunyan menetap. Adapun Gunung Batur yang tegak di dekat danau itu sekarang sesungguhnya anak Gunung Batur yang dulu. 

Untuk menyusun disertasinya, James Danandjaja (43 tahun) tinggal di tengah-tengah orang Trunyan setahun lamanya. Malah sempat pula tidur diapit dua orang Trunyan yang menderita penyakit kusta. Mau menolak, segan. Tak menolak, khawatir ketularan. Untunglah dia selamat saja, sehingga sempat membacakan ringkasan disertasinya di depan kedua promotornya - Prof. Dr. Koenbaraningrat dan Prof. Dr. Haryati Soebadio - di aula Fakultas Sastra UI, Rawamangun. 

Memang, cara hidup orang Trunyan - benteng terakhir kebudayaan Bali asli sebelum dan sesudah invasi Hindu Jawa dari Majapahit - tak dapat dikatakan bersih. Dalam rumah berukuran 3 x 4 meter mereka menanak singkong dan jagung, menerima tamu, tidur, dan juga memuja dewa. Penghuni rumah terkadang sampai 7 orang. 

Obat dan cara pengobatan lebih didasarkan pada tradisi. Luka yang tampak - borok atau luka bakar - memang mereka obatkan ke Puskesmas…

Keywords: James Danandjaya, Bali, Hindu, Doktor Antropologi Budaya, FSUI, Trunyan, Bali, Prof. Dr. Koenbaraningrat, Prof. Dr. Haryati Soebadio, Dinasti Ming Tiongkok, Pasak Kayu Selem, Pasak Gegel, Tempek Semanen, Unesco, Departemen P & K, Ford Foundation, 

---

Foto Terkait