Musik Yang Berasal Dari Lontar
Edisi: 19/34 / Tanggal : 2005-07-10 / Halaman : 82 / Rubrik : MS / Penulis : IDAYANIE, L.N. ; DE FORTUNA, JEMS
"DAI...damedong...." Lelaki itu menyanyi, suaranya melengking; alat musik di tangannya juga melengking. Sebuah lagu untuk perantau, judulnya Batu Matia, meluncur dari mulutnya. Melodinya melingkar-lingkar, seakan-akan cuma hendak menekankan pesan yang sama: biarkan darah perantau terus menggelegak. Jelas sudah, Pulau Rote di tengah-tengah samudra. Bahkan di zaman Belanda, kaum lelakinya dipaksa menyeberang ke Kupang, menjalani kerja paksa.
Ya, di seberang lautan, putra-putra tanah Rote boleh jadi menderita, tapi mereka tetap bertemu, menyanyi dengan alat musik mereka: sasando. Hendrik, lelaki yang menyanyi dan memetik alat itu fasih melukiskan akar petualangan orang Rote. "Dilema cinta orang Roteâmeski berjauhan, tetap akan bertemu, semua berkat perlindungan Tuhan." Ya, Hendrik Patuah, putra Rote, 59 tahun. Rabu, dua pekan lalu, ia tampil di Bentara Budaya, di hadapan penonton yang terbatas.
Malam itu Hendrik mengenakan kostum adat lengkap: celana panjang gelap, kemeja putih, selendang tenun ikat Rote dan ti'i langga. Ti'i langga adalah topi dari daun lontar muda yang dikeringkan, ujungnya diberi uliran menyerupai sungut setinggi 40-an sentimeter. Inilah malam yang istimewa. Selama ini, sedikitnya sebulan dua kali Hendrik menerima order menyanyi dan memainkan sasando. "Amplopnya sukarela. Kami tidak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…