Secarik Kertas Di Saku Pak Joni
Edisi: 18/34 / Tanggal : 2005-07-03 / Halaman : 26 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Zulkifli, Arif
ENAM bulan berlalu sejak bah menggempur Nanggroe Aceh Darussalam. Terseok, tersengal-sengal, provinsi itu berusaha bangkit. Jalan tembus dibangun, jembatan putus dijahit.
Desa-desa miskin ditinggalkan penduduknya, pusat pengungsian riuh oleh orang yang mencari hangat dan sepiring nasi. Ada yang sudah bisa tertawa, banyak pula yang belum bisa melupakan nestapa itu.
Wartawan Tempo Arif Zulkifli dan fotografer Bernard Chaniago menyusuri kawasan yang guyah sepanjang pantai barat Aceh: dari Ibu Kota Banda Aceh hingga Singkil di perbatasan Sumatera Utara. Andari Karina Anom melengkapinya dengan sejumlah riset di Jakarta.
Hidup hanya menunda kekalahan, kata Chairil Anwar. Di Aceh, orang-orang berusaha tidak menyerah.
DUA bulan lamanya potongan surat kabar itu didekap Joni Adil di saku kemejanya. Berpindah dari satu baju ke baju lain, dari satu hari ke hari berikutnya. Digunting dari sebuah surat kabar nasional, kertas itu memuat pernyataan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar, "Korban Tsunami Boleh Bangun Rumah di Pantai". Ada koyak pada garis lipatan kertas yang tak lagi berwarna putih itu.
Joni, 64 tahun, mempercayai warta itu. Ia membawa potongan kertas itu ke mana pun pergi. Dari rumah anaknya di Kampung Gampa, Meulaboh, hingga ke bekas rumahnya di pantai yang lantak oleh tsunami. "Ini pegangan saya," katanya lirih. Ia ingin membangun kembali rumahnya yang kini tinggal lantai. Tapi ia tak punya uang.
Di atas tanah bekas lahannya, lelaki itu mengumpulkan sisa bahan bangunan: beberapa batu bata, seng bekas, potongan kayu, dan sedikit pasir. Sebagai pensiunan pegawai perkebunan, Joni mendapat Rp 950 ribu per bulan. Tapi sepertiga dari gajinya itu dipakai mencicil rumah yang kini tak bersisa. "Cicilannya masih satu tahun lagi," katanya.
Enam anaknya yang sebelumnya nelayan kini menggantungkan diri pada gaji Joni Adil. Setelah kapal mereka pecah oleh bah, anak-anak itu tak lagi punya pekerjaan tetap. Mereka selamat karena berada di laut ketika bencana itu datang. Istri Joni wafat tiga tahun lalu.
Joni sendiri tak punya kegiatan. Setiap hari ia mengayuh sepeda enam kilometer dari rumah anaknya ke bibir pantai Meulaboh. Di bekas rumah itu ia membangun tendaâenam kayu bekas yang dipacakkan untuk mengikat kain gombal penadah panas.
Ada tikar lusuh sebagai alas tidur. Juga serombeng gelas kaleng, beberapa sendok, dan sebiji radio mini. "Radio itu dari anak saya yang sempat bekerja sebagai relawan LSM asing."
Lebih dari 50 tahun Joni menghuni rumah itu. Seraya berjalan tertunduk, ia menunjuk bekas-bekas ruang yang pernah ia huni. "Ini kamar saya, itu kamar anak-anak," katanya tersenyum. "Di sana dulu anak-anak nonton TV."
Soal rencana pemerintah membangun kembali kawasan itu, Joni hanya bisa menggeleng. Katanya, tak pernah ada pengukuran ulang tanah, apalagi mendengar janji pemerintah membangun kembali kawasan itu. "Apa pun yang terjadi, saya tak akan meninggalkan tanah ini," katanya. "Ini milik saya, ini sejarah sayaâ¦."
* * *
ENAM bulan tsunami berlalu. Aceh berbenah, tertatih, terungguh-inggih. "Banyak orang datang ke sini, tapi pembangunan tak ada," kata pengemudi mobil yang menjemput saya di Bandara Sultan Iskandar Muda.
Tak banyak yang berubah dari Aceh setelah gempa 8,9 skala Richter, 26 Desember. Di Ibu Kota Banda Aceh, gunungan sampah dan jenazah memang sudah tak ada. Tapi di jalan-jalan belum tampak bangunan permanen didirikan.
Sisa-sisa tragedi belum sepenuhnya hilang. Pembangkit listrik tenaga uap terapung, seberat 450 ton, yang terdampar di pusat Kota Banda Aceh, masih terbengkalai di sana. Sebuah kapal pengangkut batu bara yang nyangsang di perkampungan nelayan di Lhok Nga juga belum disingkirkan. "Itu kapal…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…