Putu Dan Si Bandot Yang Magis
Edisi: 21/34 / Tanggal : 2005-07-24 / Halaman : 106 / Rubrik : TER / Penulis : Kalim, Nurdin
GELAPâ¦, gelaapâ¦, gelaaapâ¦!" suara lantang perempuan itu kian lemah, hingga kemudian diam. Panggung menjadi senyap dan benar-benar gulita. Sebentar muncul sinar ungu lembut, merah dan kuning menyorot ke sebuah lubang di depan panggung. Dari lubang itu menyembul boneka putih raksasa.
Diiringi lantunan lagu Jangan Menangis Indonesia, boneka raksasa itu merambat naik hingga ke bibir panggung dan duduk terkulai di sana. Boneka lain yang berukuran lebih kecil datang, menolong si raksasa agar tak jatuh rebah.
Areal panggung kemudian ditaburi sinar terang-benderang. Bersamaan dengan itu, para pemain berlarian merubung dua boneka itu, dan pertunjukan pun berakhir. Sang sutradara, Putu Wijaya, lantas memperkenalkan kedua belas pemain utama sandiwara berjudul Jangan Menangis Indonesia itu.
Ya, Putu Wijaya dengan grupnya, Teater Mandiri, kembali pentas. Seperti pementasan-pementasan sebelumnya, dalam pementasan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 15-16 Juli lalu, Putu juga menampilkan dua boneka raksasa itu. Si Bandotâdemikian nama dua boneka ituâtelah menjadi bagian dari teater yang berdiri pada 1971 tersebut sejak sekitar 25…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Logika Kartun sebagai Jembatan Komunikasi
1994-04-16Mungkin teater kami merasa masalah dalam naskah jack hibberd ini asing bagi penonton indonesia, ditempuhlah…
Peluit dalam Gelap
1994-04-16Penulis ionesco meninggal dua pekan lalu. orang yang anti kesewenang-wenangan kekuasaan, semangat yang menjiwai drama-dramanya.
Sebuah Hamlet yang Sederhana
1994-02-05Untuk ketiga kalinya bengkel teater rendra menyuguhkan hamlet, yang menggelinding dengan para pemain yang pas-pasan,…