Yang Kalah, Yang Optimistis

Edisi: 23/34 / Tanggal : 2005-08-07 / Halaman : 71 / Rubrik : DMS / Penulis : Syafa'atun

SEBAGAI aktivis, namanya cukup dikenal. Pada 1999 ia mendapat penghargaan Yap Thiam Hien Award sebagai aktivis hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan budaya. Ia Sarah Lery Mboeik. Tahun 1996 ia mendirikan Pusat Informasi Advokasi Rakyat (PIAR), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berkonsentrasi pada isu-isu penguatan masyarakat sipil.

Pada 2004, Lery memutuskan mencalonkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Nusa Tenggara Timur. Posisi ini dianggapnya sebagai peluang untuk membuat perubahan. "Bekerja 13 tahun di LSM, saya belum menemukan adanya perubahan kebijakan yang fundamental menyangkut struktur, isi, dan budaya hukum kita. Yang ada malahan produk hukum yang mencabut hak rakyat," kata Lery.

Untuk masuk ranah politik, Lery berhitung cermat. Dukungan banyak diperoleh dari jaringannya selama ini, seperti para aktivis, akademisi, tokoh agama, tokoh adat, pedagang kaki lima, dan basis massa lainnya di Nusa Tenggara Timur. Lagi pula, dunia politik bukan hal baru bagi Lery. Sepanjang 1997-1998, ia sempat aktif di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), salah satunya sebagai Wakil Ketua DPP PDIP. Tahun 1999, ia keluar dari partai itu.

Dukungan yang didapat Lery saat pencalonan DPD membuatnya optimistis. Bersama Lourine Victoria Lenafoeh, Lery menjadi calon perempuan yang bertanding melawan 17 calon lainnya yang laki-laki. Tapi, di hari penghitungan suara, ia kalah.

Lery mencium adanya "serangan fajar" yang memorak-porandakan pertahanan konstituennya. Toh, ia tetap optimistis. Saat ditanya apakah…

Keywords: -

---

Foto Terkait