Bukan Sekadar Persoalan Jumlah

Edisi: 23/34 / Tanggal : 2005-08-07 / Halaman : 74 / Rubrik : DMS / Penulis : Yulianto, Otto Adi

CITRA yang muncul setiap kali memperingati Hari Kartini pada 21 April adalah di negeri ini telah hidup dan berkembang emansipasi kaum perempuan. Tengoklah liputan sejumlah stasiun TV yang ramai memberi penghargaan kepada perempuan dari berbagai profesi. Begitukah kenyataannya?

Meski ada sejumlah perbaikan, secara faktual kondisi perempuan di Indonesia masih memprihatinkan. Benar, pemerintah Indonesia sudah meratifikasi konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan pada 1984, mendirikan Komisi Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan pada 15 Oktober 1998, serta memberlakukan UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, namun upaya tersebut agaknya belum cukup benar untuk menekan tingginya tindak kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Perdagangan dan eksploitasi perempuan masih terjadi di mana-mana. Diskriminasi terhadap perempuan masih berlangsung, seperti pembedaan upah serta tunjangan. Perempuan yang bekerja di sektor publik hanya separuh jumlah laki-laki. Sementara pekerjaan domestik yang ditekuni banyak perempuan masih kurang diperhitungkan. Perempuan usia sekolah yang tidak menikmati pendidikan jumlahnya dua kali lipat dari laki-laki. Demikian juga jumlah perempuan yang buta huruf.

Menurut riset Demos, 45 persen dari 797 aktivis prodemokrasi yang menjadi informan riset menilai bahwa kondisi keadilan dan kesetaraan gender masih buruk. Selain itu, 49 persen informan juga menilai bahwa kondisi partisipasi dan akses perempuan dalam kebijakan publik masih buruk. Bila dikhususkan pada…

Keywords: -

---

Foto Terkait