Dalam Lingkaran Penindasan
Edisi: 23/34 / Tanggal : 2005-08-07 / Halaman : 76 / Rubrik : DMS / Penulis : Asgart, Sofian M.
Kami bukan lagi bunga pajangan
yang layu dalam jambangan
Cantik dalam menurut
indah dalam menyerah
molek tidak menentang
ke neraka mesti mengikut
ke sorga hanya menumpang
Kami bukan juga bunga tercampak
dalam hidup terinjak-injak....
CUPLIKAN puisi karya penyair Lekra, Sugiarti, itu masih bisa menggambarkan pemberontakan kaum perempuan atas segenap ketertindasan yang mereka alami. Kenyataannya, hingga saat ini mereka masih mengalami diskriminasi.
Aktivis feminis, Elli Nur Hayati, melukiskan bahwa enam tahun setelah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sejumlah konvensi khusus untuk perlindungan terhadap kaum perempuan mulai bermunculan. Pada 1981, lahir sebuah resolusi yang sangat populer dan selalu dijadikan landasan dasar gerakan perempuan, yakni penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. Ini merupakan langkah maju yang luar biasa sekaligus cermin dari pengakuan internasional terhadap hak-hak perempuan.
Kendati deklarasi PBB sudah ada, problem perempuan yang spesifik belum dikenali oleh masyarakat internasional sebagai masalah pelanggaran hak asasi manusia. Di Indonesia, berbagai pelanggaran terhadap hak-hak perempuan bahkan belum dipandang sebagai pelanggaran hak asasi manusia. Dalam sejarah yang penuh konflik dan peperangan, perempuan merupakan warga sipil yang paling menderita. Perempuan sering kali menjadi target khusus…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ibarat Menunggu Godot
2005-07-24Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) ditunggu banyak orang dengan antusiasme tinggi. ada harapan bahwa pilkada…
Dua Wajah dalam Pilkada
2005-07-24Pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memperbaiki representasi politik rakyat. faktanya, pemilihan itu tak mencerminkan keinginan…
Pilkada: Kegagalan 'Crafting Democracy'
2005-07-24Sejak 1999 dan menjelang sidang tahunan mpr 2000, cetro (centre for electoral reform), yang didukung…