Bukan Sekadar Penjaga

Edisi: 26/34 / Tanggal : 2005-08-28 / Halaman : 70 / Rubrik : DMS / Penulis : Tambunan, Rita O.

MENJELANG Pemilu 2004 lalu, terjadi pro-kontra di kalangan aktivis prodemokrasi tentang perlu-tidaknya mereka terlibat dalam kancah politik praktis. Dalam sebuah diskusi di Jakarta, sejumlah aktivis prodemokrasi berkumpul dan saling melontarkan argumen tentang setuju atau tidaknya mereka terhadap aksi beberapa tokoh prodemokrasi (selanjutnya disebut "prodem") yang bergabung dengan partai-partai peserta Pemilu 2004. Sebagian menyatakan inilah saat yang tepat untuk merebut kendali politik.

Mengapa demikian? Pemilu 2004 dianggap sebagai pemilu pertama yang memungkinkan kaum prodem bertindak lebih dari sekadar mengkritik. "Ini kesempatan untuk tidak sekadar mengajukan kritik, tapi kita bisa mengintervensi langsung dengan mengajukan usulan konkret untuk perubahan kebijakan," ujar seorang peserta muda dengan berapi-api.

Namun, sebagian besar menolak terlibat. Terlibat langsung dalam pemilu--dengan mengajukan diri menjadi calon legislator, misalnya--seperti melepas integritasnya. Mereka beranggapan, aktor prodem seharusnya tetap bersikap independen dan tak berpihak pada aliansi politik mana pun yang bertarung dalam Pemilu 2004. Mereka harus memilih untuk tetap mengambil peran watchdog; mengawasi jalannya pemilu dan "menyalak" keras jika terjadi sebuah kesalahan. "Ini peran esensial kita, tetap berada di arena tanpa harus menjadi pemain. Selama gerakan oposisi tak diperkenankan di negeri ini, selama itu pula kita menjalankan fungsinya," argumen seorang tokoh prodem terkemuka.

Tak ada kesimpulan dari diskusi tersebut. Tiap peserta pulang dengan membawa pemahamannya sendiri. Sebagaimana perdebatan dalam diskusi, hasil riset Demos juga mengindikasikan bahwa para…

Keywords: -

---

Foto Terkait