Pahit Getir Seputar Gempa

Edisi: 15/35 / Tanggal : 2006-06-11 / Halaman : 38 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Fadjri, Raihul ; Adji, Ary ; Rosyid, Imron

Kerusakan akibat gempa di Yogyakarta dan Klaten demikian parah, perlu waktu panjang untuk membangun kembali daerah itu. Mari kita optimistis dan berhenti bersedih. Mari kita kenang kejamnya gempa dengan hati sumringah, seperti yang dikisahkan dalam cuplikan berikut ini.

Lo, Tsunami itu Apa?
Gempa besar datang, tembok kamar berderak, tempat tidur berguncang, dan Wignyo, 78 tahun, berteriak minta tolong. Anaknya, Suparman, segera membopong Wignyo yang lumpuh itu sebelum eternit dari anyaman bambu rontok. Ia menyelamatkan ayahnya ke luar rumah, bergabung dengan tetangga di Kelurahan Krapyak Kulon, Kecamatan Panggungharjo, Kabupaten Bantul. Lepas dari bahaya tertimpa rumah rubuh, tiba-tiba beredar kabar gelombang tsunami bakal segera melanda Yogyakarta. Penduduk pun panik dan mulai melarikan diri ke arah utara.

Suparman pun bingung. Ia ingin segera kabur bersama penduduk, tapi mustahil ia kuat menggendong ayahnya sembari melarikan diri. Untunglah, segera muncul jalan keluar. Bersama seorang tetangganya, ia mendorong tubuh ayahnya ke atas pohon. "Neng kene wae yo, Pak. Ojo kawatir, sing penting cekelan kenceng (Di sini saja ya, Pak. Jangan khawatir, yang penting pegangan yang kuat)," si anak mewanti-wanti. Giliran lelaki tua itu yang heran. Ia sempat bertanya, kenapa ia ditaruh di atas pohon? "Ada tsunami," jawab Suparman, yang langsung melesat kabur, meninggalkan ayahnya yang "bertengger" di pohon. Ketika Suparman sadar tsunami hanya rumor, ia pun pulang. Ia menyesal meninggalkan ayahnya yang masih berada di atas pohon. Ia minta maaf berkali-kali. Untung, sang ayah sama sekali tidak marah. "Tsunami iki opo to (Lha,…

Keywords: -

---

Foto Terkait