Meneer Daan Menanti Hamid
Edisi: 17/35 / Tanggal : 2006-06-25 / Halaman : 36 / Rubrik : NAS / Penulis : Dhyatmika, Wahyu ; Ferdianto, Riky ; Sianipar, Tito
"MENEER Daan, tidak usah diubah-ubah lagi harganya. Sudah oke. Tinggal mengawasi saja." Ucapan Hamid Awaludin pada 14 Juni dua tahun lalu ini terngiang terus di telinga Daan Dimara, bekas anggota Komisi Pemilihan Umum. Dia memang biasa dipanggil "Meneer" oleh Hamid, koleganya saat masih jadi anggota Komisi.
Harga yang dimaksud Hamid--kini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia--adalah nilai segel surat suara pemilihan presiden pada Juli 2004. Menurut dia, semula harga penawarannya Rp 131, lalu bisa ditekan sampai Rp 99. Diberi tahu begitu, Daan patuh. Pemilu presiden putaran pertama yang sudah di depan mata tak memberikan ruang untuk berdebat.
Kisah mengenai penentuan harga itu muncul lagi dalam sidang perkara korupsi pengadaan segel surat suara pemilu, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Selasa pekan lalu. Korupsi ini merugikan negara Rp 2,7 miliar. Kesaksian…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?