Bersama Sinchan Di Dalam Tahanan

Edisi: 20/35 / Tanggal : 2006-07-16 / Halaman : 106 / Rubrik : KRI / Penulis : Meuko, Nurlis E. , Ramidi,

Lydia Pratiwi menjadi tersangka pembunuh berencana. Terancam hukuman mati.

TAK lagi kini ia berbalut gaun pesta. Hanya kemeja biru kusam seragam tahanan. Tak juga bedak di pipi, apalagi gincu di bibir. Alisnya pun tanpa celak. Rambut pirangnya dikuncir ekor kuda.

Di dalam sel pengap Kepolisian Resor Jakarta Utara, Lydia Pratiwi merenungi jalan hidupnya yang terancam tamat. Polisi menuduh artis 19 tahun itu terlibat pembunuhan berencana.

Terkurung sejak Mei lalu, Lydia berjejal bersama sepuluh tahanan wanita lain dalam satu ruang. Tidurnya di atas selembar tripleks beralas tikar. "Tidak boleh pakai celana panjang," katanya. "Apalagi selimut."

Setiap pagi anak cantik itu mengantre ke kamar mandi, membersihkan gigi dengan sikat yang gagangnya patah. Makan tak boleh pakai sendok. "Cuci piring sendiri," katanya. "Dua hari sekali mencuci baju."

Jangankan menonton televisi, radio saja tak pernah didengarnya. Di balik terali, Lydia hanya mengencani komik Sinchan sebagai pelepas suntuk. "Bentuk tahanan saja tak pernah terbayangkan, tapi sekarang saya di sini," katanya.

***

LYDIA menghabiskan masa kecilnya di Kompleks Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan. Lahir pada 14 Januari 1987, bungsu dari empat bersaudara ini buah hati pasangan Heryanto dan Vince Yusuf. Dia hanya menikmati masa bahagia dalam keluarga yang utuh sampai usia lima tahun.

Setelah itu, ayah dan ibunya bercerai. Keluarga yang…

Keywords: -

---

Foto Terkait