Gairah Bunyi Dan Kembara

Edisi: 18/35 / Tanggal : 2006-07-02 / Halaman : 59 / Rubrik : IQR / Penulis : Suyono, Seno Joko , Suditomo, Kurie ,


DI UMURNYA yang lebih dari 80 tahun, Sitor Situmorang tetap membuat puisi. Dua jilid buku yang memuat lebih dari 600 sajaknya dari 1948-2005 baru saja diterbitkan. Buku ini memuat puisi-puisi lengkap Sitor. Potret kepenyairan Sitor yang terombang-ambing antara tanah leluhur Batak dan kota-kota dunia terungkap di sini. Dialah si anak hilang yang tak pernah jenjam untuk diam di satu tempat. Si kelana yang selalu gelisah mengembara. Tempo menulis perihal "puisi-puisi perjalanan" Sitor, disertai ulasan kecil tentang sketsa-sketsa Sitor.

Aku sudah tua, ubanan
menuju renta, walau masih tetap mengembara
Heran, akhirnya sampai juga di London
Demi panggilan apa lagi?

HUJAN Kota London. Sajak itu ditulis pada 1989. Malam itu gerimis, Sitor bersama seorang gadis melintas di Trafalgar Square. Gadis itu tiba-tiba menunjuk sebuah gereja. "Sitor, aku dibaptis di sana." Lalu Sitor menerawang jauh. Dia teringat dirinya yang dibaptis di sebuah gereja dusun, terpencil di pelosok Danau Toba, di kaki Gunung Pusuk Buhit..

Kita tak pernah tahu bagaimana kejadian itu sebenarnya. Kita juga tak tahu apakah betul, seperti dalam puisi, kemudian gadis itu sejenak menyanyi kecil: Sitor, whom the gods love die young! Tapi segera yang kita tangkap saat membaca sajak tersebut: sebersit perasaan romantis, ada suasana pathos, ada nada eros. Jiwa Sitor seperti selalu resah, tak bisa jenjam untuk tinggal di satu tempat. Dan angan-angannya melayang jauh, terombang-ambing antara dunia benua.

Tahun ini usia Sitor Situmorang 82 tahun. Tahun depan, ia diundang ke negeri Belanda untuk memperingati 100 tahun Sisingamangaraja. Sisingamangaraja gugur 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran melawan Belanda. Sitor akan membuka perhelatan itu. Dia sendiri merupakan salah seorang narasumber. Ayah Sitor, Ompu Babiat, dulu adalah kepala adat yang masih kerabat Sisingamangaraja. Bapaknya juga adalah bekas pengawal Sisingamangaraja XII.

Bahwa ia terbang ke Belanda untuk mengenang Sisingamangaraja seolah mencerminkan "paradoks" petualangan dirinya. "Hidup saya dimanjakan perjalanan." Siang itu, di bilangan Kemang, ia bercerita. Di masa kecilnya, ia sering mengikuti perjalanan jauh ayahnya menembus hutan. Untuk mencapai sarkofagus yang berisi tengkorak nenek moyang keluarga, ia harus mengikuti perjalanan rombongan ayahnya yang melelahkan. Melintasi padang, naik turun bukit, menyeberangi tebing curam yang di bawahnya sungai deras dengan hanya meniti jembatan berupa pohon berlumut yang rubuh.

"Saya mengalami seluruh ritual agama Batak purba, yang sekarang tak ada lagi," katanya. Sitor terkenal dengan pembaruannya atas soneta dan pantun. Ia disebut sebagai penyair yang menggali bahan dari lingkungan lain, tapi mampu menciptakan pengucapan lokal dengan irama yang khas. Pengalamannya "diasuh alam" di masa kanak agaknya menjadikannya memiliki kepekaan ritme.

Meskipun kini ia tidak menghayati inti kepercayaan adat lama, pengalaman di masa kecil itu agaknya meresap bawah sadar dan terlihat sewaktu-waktu bisa meletup samar-samar bila ia menatap kota-kota Eropa.

Itu bisa diamati pada dua buku baru terbitan Komunitas Bambu yang menghimpun sebanyak 605 sajak-sajaknya dari tahun 1948 sampai 2005. Penyusunnya, J.J. Rizal, alumnus Jurusan Sejarah UI yang dengan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

D
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18

Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…

E
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11

Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.

T
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14

pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…