Legenda Janda Dari Dirah
Edisi: 16/35 / Tanggal : 2006-06-18 / Halaman : 59 / Rubrik : LAY / Penulis : Kalim, Nurdin , Hasan, Rofiqi , Maksum, Dwidjo U.
Cerita ini tumbuh menjadi legenda. Teks yang menuturkan kisah itu pun telah berkembang biak lebih dari 30 versi. Tiap versi memiliki beberapa variasi. Sejumlah seniman bahkan membuat tafsir berbeda: menempatkan Calon Arang sebagai simbol perlawanan perempuan.
Di Bali, legenda Calon Arang lebih mendapat tempat dibandingkan dengan di kampung halamannya. Namun, dalam sepuluh tahun terakhir, dramatari yang serius dan magis tentang Calon Arang telah bergeser menjadi ajang pamer kekebalan dan humor.
Tempo mengetengahkan pelbagai tafsir Calon Arang itu--dalam tari, musik, dan film--juga menelusuri situs yang tersisa dari sang janda di Kediri, Jawa Timur.
LANGIT Bali merayap mendekati tengah malam. Suasana magis dan mencekam meruap melingkupi Pura Dalem Tegeh Bumi, Denpasar, yang temaram. Seorang pria berpakaian putih-putih berdiri menantang di halaman pura yang disulap menjadi arena pertunjukan dramatari lakon Calon Arang. "Ayo, para leak datanglah, jangan malu-malu," pekiknya lantang, dalam bahasa Bali. Berkali-kali lelaki itu menegaskan, ia tak gentar menghadapi kesaktian ilmu hitam para ahli pengleakan.
Dramatari pun bergulir memasuki babak yang kian mencekam: prosesi merawat orang mati, dari memandikan hingga menguburkan. Dua "mayat"-yang dimainkan warga setempat-dimandikan dan dikafani, lalu diusung sepasang tandu bambu ke kuburan di sebelah pura. Peran sebagai mayat itulah yang paling ditakutkan, karena sangat mengundang risiko. Pemainnya, yang kesadarannya telah dimatikan, bisa benar-benar tewas lantaran serangan ilmu leak.
Tapi, malam itu tak satu pun leak muncul. Ketegangan yang merambati ribuan penonton, sebagian besar penyungsung (jamaah) pura, itu perlahan-lahan mencair. Bahkan mereka kian terhibur ketika babak bebondresan hadir sebagai selingan. Ini semacam goro-goro dalam pergelaran wayang kulit Jawa yang menampilkan empat punakawan. Babak sarat humor itu berlangsung sekitar setengah jam.
Ya, Ahad malam pengujung April lalu, Calon Arang kembali muncul di Pulau Dewata. Ia hadir dalam sebuah lakon dramatari yang dimainkan perguruan Sandhi Murti, Denpasar. Pergelaran itu merupakan puncak dari rangkaian upacara perbaikan Ratu Ayu, boneka raksasa simbol Betari Durga (di Bali biasa disebut rangda), yang telah digelar sejak sekitar empat bulan lalu. Dan pentas dramatari itu bertepatan dengan piodalan, ulang tahun pura, pada malam Kajeng Kliwon saat bulan mati. "Terakhir drama ini pernah dipentaskan pada 1997," kata Ketut Purna, kelian (pengurus) Pura Dalem Tegeh Bumi itu, menjelaskan.
Lakon malam itu dibuka dengan tarian Barong Ket, barong berbentuk singa. Setelah itu, muncul Calon Arang dan murid-muridnya yang terbakar amarah. Wajah mereka menyeramkan, rambut terurai berantakan. Sang janda dari Dirah itu dan sebagian muridnya yang berkain putih penutup kepala kemudian menjelma menjadi rangda. Tiap rangda menari-nari seolah tengah menyebarkan wabah penyakit. Adegan itu, di mata penonton awam, sering disebut sebagai praktek ilmu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…