Anwar Suprijadi: Minimal Dirjennya Bersih
Edisi: 12/35 / Tanggal : 2006-05-21 / Halaman : 45 / Rubrik : WAW / Penulis : Dharmasaputra, Metta , Parera, Philipus , Multazam
MUDAH-mudahan ini bukan kisah "hangat-hangat tahi ayam". Baru beberapa hari dilantik menjadi Dirjen Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi, 58 tahun, membongkar pemalsuan dokumen impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Barangnya tekstil dari Cina, tapi dalam dokumen disebutkan karet. Untuk kasus ini saja negara dirugikan Rp 1,2 miliar.
Pak Dirjen memulai tugasnya dengan melakukan tur ke berbagai gerbang bea cukai dari Batam, Jakarta, Merak, hingga Semarang. Penyimpangan di Tanjung Priok hanya satu dari banyak keruwetan yang ia temui di lembaganya--sesuatu yang membuat wajah Bea dan Cukai selalu buram di mata publik. Menurut Anwar, target utamanya adalah mengubah citra tak sedap itu.
Meski masuk kandang macan, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara ini tahu kapan harus menggebrak, kapan harus bersikap santun. Tutur katanya lembut. Kepada karyawannya yang menyuguhkan teh atau membawa berkas, ia tak segan mengucapkan terima kasih. "Yang penting kan tegas, konsisten, dan serius," ujarnya.
Di antara tugas setumpuk, Kamis pekan lalu Anwar menerima wartawan Tempo Metta Dharmasaputra, Philipus Parera, dan Multazam untuk sebuah wawancara khusus di ruang kerjanya yang lapang di kantor Direktorat Bea dan Cukai, Jalan Ahmad Yani, Jakarta.
Anda diangkat menjadi Dirjen Bea dan Cukai. Anda terkejut?
Ibu Menteri Keuangan memanggil saya menanyakan kesediaan. Beliau mewawancarai saya. Semacam fit and proper test. Saat itu saya sampaikan, kalau ini amanah, ya, saya jalankan. Tugas dari negara, masak ditolak.
Kapan pertemuan itu terjadi?
Belum terlalu lama, mungkin begitu dia mau mengusulkan nama saya ke presiden.
Sebelumnya Anda sering berhubungan dengan Menteri Sri Mulyani?
Jarang. Kalau ketemu saja. Misalnya waktu saya masih Dirjen Pengusaha Kecil dan dia di Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM). Memang dia asal Semarang, saya juga, tapi nggak ada hubungan apa-apa.
Setelah diangkat, apa yang ingin Anda lakukan?
Yang ingin saya kedepankan adalah keseimbangan antara keamanan dan pelayanan. Ya semacam manajemen risiko. Soalnya, kalau terlalu diamankan, arus barang akan terhambat. Sebaliknya, kalau pelayanan diutamakan, jangan-jangan ada sesuatu yang menyimpang aturan. Jadi harus diatur.
Konkretnya?
Misalnya, klien kami dibedakan apakah dia punya risiko tinggi, sedang, atau rendah. Yang berisiko rendah akan dipermudah sehingga tidak perlu terlalu berbelit-belit prosedurnya. Yang risiko sedang, ya, ditambah sedikitlah prosedurnya. Sedangkan yang merah, ya, butuh waktulah untuk diteliti.
Dari temuan Anda, mana yang masih kurang, keamanan atau pelayanan?
Menurut saya, dua-duanya sudah baik, cuma perlu ditingkatkan. Dinamika servis ini kan meningkat terus. Misalnya semula pelayanan lima hari, lalu orang ingin lebih cepat jadi empat hari. Ini logis saja.
Anda mengatakan keamanan baik,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…