Ludruk Yang Menolak Mati

Edisi: 43/34 / Tanggal : 2005-12-25 / Halaman : 71 / Rubrik : LAY / Penulis : Bektiati, Bina , Wibowo, Kukuh S. , Maksum, Dwidjo U.


Ludruk, teater rakyat yang berasal dari kalangan miskin, telah bergerak: dari bentuk ngamen dari desa ke desa, pentas di pesta rakyat, menjadi bagian dari perjuangan, alat propaganda, hingga bertahan di jalur komersial. Dari masa ke masa, ada kelompok ludruk yang berjaya dan yang mati. Tapi, apa pun bentuknya, dan betapapun subtilnya, dagelan dan spirit protes dalam ludruk tetap bertahan.

SORE itu hujan tak jadi turun. Beberapa jam sebelumnya, Sakia Sunaryo memandang langit yang keruh bersama sebatang rokok kretek. Ia gelisah. Hujan berarti tiada penonton yang datang, dan itu berarti mereka tidak makan malam.

Sakia, 57 tahun, seorang waria. Wajahnya cokelat, banyak keriput, kepalanya plontos. Ia pemimpin Ludruk Irama Budaya, Surabaya, dan malam itu ia melakukan sesuatu yang tak disukainya. Pertunjukan saat itu hanya sanggup mengumpulkan 15 penonton.

Malam itu Irama Budaya seharusnya mementaskan Melik Nggendhong Lali (Melupakan Sesuatu yang Sangat Berarti). Tapi Sakia dan kawan-kawan telah terikat pada aturan: bila jumlah penonton di bawah 20 orang, mereka hanya menampilkan tari remo dan lawakan, tanpa berlanjut ke cerita utama. Mereka dapat membaca, penonton akan kecewa tapi tidak melontarkan protes.

Ludruk Irama Budaya berdiri pada 1987. Usianya bertambah terus, begitu pula umur penontonnya. Mereka penonton istimewa dengan loyalitas luar biasa. Sakia dan kawan-kawan sudah hafal perilaku penggemarnya: setiap malam Minggu jumlah mereka berlipat, mencapai 50 hingga 70 orang. Mereka adalah para penonton yang telah menempuh jalan sangat panjang sebelum tiba dalam ruang pertunjukan di Jalan Pulo, Wonokromo, Surabaya, itu. Mereka naik mobil angkutan umum atau becak. Sampai di ruang pertunjukan, biasanya tubuh mereka berkeringat.

Baru empat bulan Ludruk Irama Budaya memakai gedung pertunjukan itu. Ketika pertunjukan berjalan, para penonton biasa menghirup bau tidak sedap yang merebak dari selokan di sisi panggung.

Panggung 6 x 4 meter persegi hanya memiliki dua gambar latar belakang kusam. Di samping kiri dan kanan panggung terdapat petak-petak kecil yang dipakai sebagai tempat tidur anggota ludruk, termasuk anak-anak dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…