Tilas Kematian Bienal Yogyakarta
Edisi: 43/34 / Tanggal : 2005-12-25 / Halaman : 84 / Rubrik : SR / Penulis : Wiyanto, Hendro , ,
KURASI Biennale Yogya VIII bertajuk "Di Sini dan Kini" (4-22 Desember 2005) mencoba mengaitkan tradisi bienal itu"sejak 1988"dengan tilas budaya setempat untuk menjangkarkan kesadaran akan heritage (pusaka). Tercatat 12 tempat di Yogya yang dianggap pusaka budaya dihadirkan kembali sebagai bagian dari kesadaran pada masa kini.
Bienal lokal umumnya memang lahir dan digagas seraya menyadari posisinya yang unik untuk merepresentasikan konteks identitas seni, budaya, dan politik setempat. Tapi, pada saat yang sama, peristiwa semacam itu juga kerap tergoda menjadi bagian dari "industri budaya" bienal sejagat. Kritik publik terhadap bienal lokal yang menghamburkan dana sangat besar telah menempatkan bienal dalam dilema antara kelangkaan infrastruktur kehidupan nyata dan gagasan ideal seni.
Dan yang mengherankan di Yogya adalah tilas kesejarahangedung atau benteng warisan masa silamtampak berfungsi sebagai site turistik. Karya yang dihadirkan di tilas-tilas itu hampir semuanya tak memiliki kegayutan apa-apa dengan makna kesejarahan yang dapat dilacak kembali. Beberapa seniman meresponsnya dengan membungkus-bungkus lampu secara eksotik, memasang karya video yang berpendar atau instalasi di dalam koridor yang suram berdinding…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dunia Kanak-Kanak dalam Dua dan Tiga Dimensi
1994-04-16Pameran faizal merupakan salah satu gaya yang kini hidup di dunia seni rupa yogyakarta: dengan…
Yang Melihat dengan Humor
1994-04-16Sudjana kerton, pelukis kita yang merekam kehidupan rakyat kecil dengan gaya yang dekat dengan lukisan…
Perhiasan-Perhiasan Bukan Gengsi
1994-02-05Pameran perhiasan inggris masa kini di galeri institut kesenian jakarta. perhiasan yang mencoba melepaskan diri…