Boediono: Kuncinya, Kepercayaan Yang Hilang
Edisi: 42/34 / Tanggal : 2005-12-18 / Halaman : 100 / Rubrik : WAW / Penulis : Taufiqurohman, M, Teguh, M. , Dharmasaputra, Metta
Pasar pun langsung diterpa euforia menyambut kehadiran doktor lulusan Wharton School, Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, ini. "Pasar memang sudah lama merindukan kehadiran Boediono," kata ekonom Bank Standard Chartered, Fauzi Ichsan. Inflasi tinggi belakangan ini membuat nostalgia kehadirannya tibatiba meruap.
Maklum, sebagai Menteri Keuangan, pria kelahiran Blitar, Jawa Timur, 62 tahun silam, ini memang pernah berjaya menurunkan inflasi dan menstabilkan rupiah. Berkat keberhasilannya itu, lelaki sederhana yang kini dijuluki a hawk on inflation (burung pemangsa inflasi) ini pada pertengahan 2003 lalu dinobatkan oleh majalah Business Week sebagai salah satu dari 25 orang paling berpengaruh yang membawa perubahan di Asia.
Perubahan serupa kini diharapkan lagi oleh pasar. Sosok yang dikenal bersahaja ini pun mulai berkantor kembali di lantai empat gedung Departemen Keuangan, yang telah "disulap" Aburizal Bakrie, pendahulunya, menjadi kantor termewah di gedung itu. "Terima kasih Pak Ical telah mewarisi saya the dream office," ujarnya disambut tepuk tangan para tamu yang menghadiri acara serahterima jabatannya, Rabu pekan lalu.
Lantas, apa yang akan dilakukannya untuk memenuhi harapan itu? Selama hampir 45 menit, Boediono meluangkan waktu untuk menjelaskan hal ini kepada Tempo di kantornya, Kamis sore pekan lalu. Berikut adalah petikan wawancara M. Taufiqurohman, M. Teguh, Metta Dharmasaputra, Heri Susanto, Agus Supriyanto, dan fotografer Cheppy N. Muchlis dari Tempo dengan Boediono.
Bisa diceritakan bagaimana Anda menerima tawaran untuk menjabat menteri lagi?
Sebetulnya, waktu pergantian kabinet dulu, saya memang tidak ingin menjadi menteri lagi. Saya ingin istirahat. Saya pun ingin menekuni sisi lain kehidupan saya di bidang akademik, yaitu mengajar, membaca, menulis, ikut seminar dan riset, yang dulu saya lakukan sebelum terjun ke pemerintahan.
Lantas, apa yang membuat Anda berubah pendirian?
Yang terakhir mentrigger saya adalah waktu terjadi gonjangganjing (pelemahan rupiah) AgustusSeptember. Bisa dikatakan, saat itu terjadi krisis mini di sektor keuangan. Nah, saat itu saya pikirpikir, barangkali saya memang harus memberikan sumbangan. Tapi saya tidak menawarkan menjadi menteri. Sama sekali tidak.
Dulu, kabarnya, Anda juga pernah diminta SBY untuk masuk kabinet?
Tidak, tidak.
Tapi kabarnya dulu Anda menolak karena merasa tidak enak dengan Megawati?
Nggak. Saya pada waktu itu memang tidak ingin masuk kabinet. Hati saya (mengatakan) nggak.
Kabar lain menyebutkan, ada ketidakcocokan dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menilai Anda terlalu konservatif?
Bukan itu. Saya memang tidak kepingin di pemerintahan waktu itu.
Bagaimana hubungan Anda dengan SBY hingga ditawari jabatan menteri?
Saya nggak punya kontak…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…