Abdullah Sunata: Teror Itu Lebih Banyak Mudaratnya
Edisi: 11/35 / Tanggal : 2006-05-14 / Halaman : 52 / Rubrik : WAW / Penulis : Patria, Nezar , ,
BURON nomor satu Noor Din M. Top, otak di balik aksi teror bom di Indonesia, lolos lagi dari sergapan aparat di Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu dua pekan lalu. Warga Malaysia itu rupanya punya banyak jalan tikus. Ketika polisi menyergap sarang pengikutnya, Noor Din berkelebat seperti angin. Dia seperti selalu punya tempat untuk singgah dan bersembunyi. Dua pengikut setianya, Gempur Budi Angkoro alias Jabir dan Abdul Hadi, tewas dalam baku tembak dengan polisi antiteror di Wonosobo. Dua lainnya dicokok pasukan Detasemen 88.
Mengapa Noor Din seperti tak kehabisan pengikut? "Dia punya kemampuan mempengaruhi orang," kata Abdullah Sunata, pemuda Cipayung, Jakarta Timur, yang hampir sepertiga hidupnya diabdikan untuk gerakan yang ia yakini sebagai jihad. Pada akhir 2004, dalam kejaran aparat, Noor Din mengontak Sunata dua kali. Satu di Pekalongan dan satu lagi di Solo. Rupanya, Noor Din banyak mendengar cerita tentang sepak terjang anak muda ini di Ambon.
Sunata memang tak setenar Imam Samudera, Faturrahman al-Ghozi, atau Noor Din sendiri. Tapi bekas Komandan Laskar Mujahidin Ambon ini cukup disegani oleh anggota jaringan yang berperang di Ambon. Bersama laskarnya, dia pernah menyabot gudang senjata Brimob di Tantui, Ambon, pada 2000. Dia juga malang-melintang di Poso dan punya jaringan dengan grup bersenjata di Poso, yang kerap disebut Mujahidin Kayamanya.
Ditangkap pada Desember 2005, Sunata dituduh terlibat aksi teror. "Saya tak pernah melancarkan terorisme di sini," ujarnya. Meski tak semua tuduhan itu terbukti, majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhi hukuman 10 tahun penjara bagi Sunata, Senin pekan lalu. Dia divonis bersalah menyimpan empat pucuk pistol FN, dan melakukan pertemuan dengan Noor Din M. Top. Sunata membela diri. "Saya justru menolak bekerja sama dengan Noor Din," ujarnya.
Kepada wartawan Tempo Nezar Patria yang mewawancarainya dalam beberapa kesempatan, Sunata buka kartu: tentang hubungannya dengan Noor Din, pandangannya tentang jihad, dan rencananya membunuh tokoh Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar-Abdalla.
Perkenalan Anda dengan teror terjadi di Ambon. Mengapa Anda berperang ke sana?
Di Ambon, kekejian tak kalah dengan di Bosnia. Di Galela, Ambon, saat konflik itu meledak, hampir 3.000 kaum muslimin terbunuh. Saya berangkat dari keprihatinan itu, dan meyakini apa yang terjadi di Ambon adalah jihad untuk mempertahankan diri dari kezaliman. Itu pemahaman saya soal jihad. Saat kaum muslimin di satu tempat diserang, dibantai, atau dibunuh, jihad menjadi wajib. Kondisi itu bisa terjadi di Ambon, Poso, Filipina Selatan, Thailand Selatan, Afganistan, Checnya, Irak, dan lain-lain. Saya hanya ingin membantu.
Teror ala Jamaah Islamiyah (JI) membenarkan perlawanan dengan meledakkan bom di tempat sipil, bahkan di daerah yang tidak dalam keadaan perang. Anda setuju?
Saya tak banyak kenal dengan mereka yang disebut JI. Aksi bom secara syar'i di kalangan ulama memang masih menjadi kontroversi. Tapi saya tak mau membahas soal ini. Menurut saya, kasus aksi bom bunuh diri ini tidaklah berdiri sendiri. Terlepas dia benar atau tidak, pasti ada sebabnya.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…