Mari Merebut Kepemimpinan Lokal
Edisi: 42/33 / Tanggal : 2004-12-19 / Halaman : 86 / Rubrik : DMS / Penulis : Yulianto, Otto D. , ,
Sejak runtuhnya kekuasaan Soeharto, ada resistansi besar terhadap politik formal dari kalangan aktivis. Namun, ada juga yang sengaja menerobos masuk: berjuang dari dalam.
POLITIK daerah adalah sebuah tanah lapang luas dengan bermacam-macam pemain. Termasuk pemain lama di tingkat pusat yang menjadi pemain baru di tingkat lokal, plus segelintir aktivis pro-demokrasi.
Memang banyak aktivis pro-demokrasi yang punya gambaran buruk tentang politik formal, baik nasional maupun lokal. Wardah Hafidz beserta Urban Poor Consortium (UPC) menolak masuk ke Dewan Kelurahan, tak berminat menempatkan orang-orangnya dalam pemerintahan lokal. Bukan apa-apa, itulah posisi-posisi yang-kata Wardah-sudah dikooptasi oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso.
Politik formal mungkin dunia yang amburadul. Tapi, sebenarnya, pernah juga UPC mendekati dunia yang satu itu, seraya mencalonkan Rasdullah, tukang becak, juga aktivis UPC, sebagai calon gubernur tandingan Sutiyoso. Namun, diakui, langkah itu tak lebih dari usaha membangun wacana, sebuah kampanye bahwa seharusnya pimpinan berpihak pada rakyat kecil.
Wardah memilih menghindari politik formal. Pikirannya jelas. "Bagi kami, perubahan dari sistem politik formal tidak akan efektif selama belum terbentuk critical mass," katanya.…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ibarat Menunggu Godot
2005-07-24Pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) ditunggu banyak orang dengan antusiasme tinggi. ada harapan bahwa pilkada…
Dua Wajah dalam Pilkada
2005-07-24Pemilihan kepala daerah diharapkan dapat memperbaiki representasi politik rakyat. faktanya, pemilihan itu tak mencerminkan keinginan…
Pilkada: Kegagalan 'Crafting Democracy'
2005-07-24Sejak 1999 dan menjelang sidang tahunan mpr 2000, cetro (centre for electoral reform), yang didukung…