Pendakian Terakhir
Edisi: 08/22 / Tanggal : 1992-04-25 / Halaman : 51 / Rubrik : SEL / Penulis : WY
Apa yang terakhir selama empat hari di puncak Aconcagua ,ketika badai salju
mengamuk, dan Norman Edwin serta Didiek Samsu berada di sana? Itulah salah
satu hal yang dicoba diungkapkan oleh Tantyo Bangun, anggota Mapala UI, dalam
obituarinya tentang kedua seniornya, yang jenazahnya tiba pekan ini di jakarta
dari Santiago, berdasarkan dokumen-dokumen yang disimpan oleh Mapala UI.
NORMAN Edwin ditemukan di ketinggian 6.650 meter, hanya sekitar 300 meter
dari Puncak Aconcagua. Ia telungkup menghadap ke puncak, dalam posisi masih
mendaki. Di tangannya masih tergenggam kapak es, dan di punggungnya masih
tergendong ransel merah yang di dalamnya tersimpan bendera Mapala UI yang
sedianya akan dikibarkannya di puncak. Sampai napas terakhirnya, pendaki
berusia 37 tahun itu masih mencoba untuk pantang menyerah. Cuma, seperti kata
penyair Chairil Anwar, "tapi dulu memang ada suatu bahan, yang bukan dasar
perhitungan kini." Kapan dan di mana kita akan kembali padaNya, hanya Yang
Mahapencipta yang tahu.
Berita kematian Norman sampai di Posko Musibah Aconcagua di Jakarta esok
harinya, Selasa 3 April 1992. Seorang pegawai Departemen Luar Negeri
mengantarkan selembar teleks. Adi Seno, anggota senior Mapala UI yang menginap
di Posko, turun ke bawah menerimanya. Tak lama Adi naik ke atas dan
menyerahkan teleks itu kepada yang lain tanpa sepatah kata pun. Lalu ia
menangis. Semuanya maklum sudah. "Pada hari ini tanggal 2 April pukul 14.15
kami menerima berita dari Direktur Defensa Sipil Mendoza, Dr. Jose Ignacio
Ortegala yang memberitakan bahwa Saudara Norman Edwin sudah ditemukan
meninggal dunia di Gunung Aconcagua pada ketinggian 6.700 meter...." Itulah
bunyi teleks yang diterima Adi.
Sebenarnya, setelah lebih dari tiga hari kami tak menerima berita tentang
Norman Edwin, sahabat dan guru kami di Mapala UI, kami "sudah siap" untuk
menerima kemungkinan yang terburuk. Toh, kami tak bisa mencegah pelupuk mata
berkacakaca.
Awalnya adalah berita faksimile Rudy Nurcahyo, anggota ekspedisi yang
memantau dari Santiago. "Yang ini rada serius. Tanggal 22 Maret tim SAR
Aconcagua menelepon ke Wisma Duta bahwa Tim (Norman Edwin dan Didiek Samsu)
ada masalah dan sampai sekarang belum tiba di Puenta Del Inca. Saya dan Bapak
Duta Besar Soekarno akan berangkat ke Puenta Del Inca untuk memastikannya."
Kepastian didapat pada tanggal 24 Maret. Carlos Tenjerina, seorang pendaki
profesional yang bekerja di Hotel Plaza de Mulas, bertemu dengan…
Keywords: Norman Edwin, Carstensz, Aconcagua, Mapala, Pendaki Gunung, Puncak Gunung, Didiek Samsu, 
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…