Perantau Dari Nusa Utara

Edisi: 40/34 / Tanggal : 2005-12-04 / Halaman : 69 / Rubrik : SEL / Penulis : Madjowa, Verrianto , ,


Koresponden Tempo Verrianto Madjowa menjelajahi pelosok Mindanao pada September lalu dan memotret kehidupan para perantau asal Sangir-Talaud.

Berikut ini laporannya:

BAIT-BAIT lagu pilu itu mengalun dari sebuah rumah kecil beralas tanah, beratap rumbia di tepi pantai Cablalan.

Banuaku i kekendage,
tamailang su ralungu naung
Maning maliku u dunia,
sau mesule o kapia...

(Negeri yang kukasihi,
takkan mungkin kulupakan
Walau dunia kukelilingi,
ku kan kembali jua...)

Lagu Sangihe berjudul Dala Pia Bongkone Mahoro (Puncak Gunung yang Tinggi) itu diputar di sebuah tape recorder butut. Berkisah tentang pulau bergunung-gunung tinggi, tembang ini mengingatkan warga Kepulauan Sangir-Talaud di Cablalan akan tanah kelahiran mereka nun di seberang laut. ”Torang kang orang Sangir (kami ini orang Sangihe),” kata Marites Apolini, 33 tahun, pemilik rumah. Perempuan Sangihe ini bersuamikan Edger Apolini, seorang warga Filipina.

Di Cablalan, yang terletak di pesisir Provinsi Sarangani, Filipina Selatan, hiduplah 43 keluarga keturunan Sangihe dan Talaud. Meski telah bermukim di sana puluhan tahun, kondisi sosial ekonomi mereka tak kunjung beranjak dari kelas buruh rendahan. Toh banyak yang terus bertahan dan enggan pulang ke kampung halaman di Sulawesi Utara.

Pertautan orang-orang Sangihe-Talaud dengan negeri jiran itu telah berlangsung selama berabad-abad. Nenek moyang orang-orang Sangihe-Talaud mulai merantau ke Filipina Selatan pada abad XV. Migrasi pertama bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di Asia Tenggara. Para perantau dari kepulauan paling utara Nusantara itu menjadi muslim. Mereka menyebar di Provinsi Sarangani, pantai Davao del Sur dan Cotabato Selatan, kawin-mawin dan bercampur-gaul dengan warga setempat.

Kesultanan Ternate dan Tidore yang berkuasa di masa itu amat mempengaruhi migrasi warga dari Sangir-Talaud. Kedua kesultanan ini menjalin hubungan dagang intensif dengan Kesultanan Mindanao. Kepulauan Sangir dan Talaud menjadi tempat persinggungan budaya serta agama yang dianut di kedua kesultanan tersebut (lihat Jejak Sangihe di Mindanao).

Pengaruh ini misalnya terasa benar di Petta, Tabukan Utara, Sangihe. Di sana pernah berdiri kerajaan Islam yang berkerabat dengan Kesultanan Mindanao dan Ternate. Dakwah Islam yang semula tumbuh…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…