Jose Manuel Ramos Horta: Empat Dekade Ke Depan, Kami Punya Banyak Uang
Edisi: 09/35 / Tanggal : 2006-04-30 / Halaman : 53 / Rubrik : WAW / Penulis : , ,
RAMOS Horta, 56 tahun, bergerak bagai pendulum. Satu kali mengayun ke satu sisi, kali berikutnya bergerak ke sisi yang lain. Bertahun-tahun lalu ketika Timor Timur berjuang untuk merdeka, ia melobi banyak negara untuk mencari dukungan internasional bagi pemisahan negerinya dengan Indonesia. Akibatnya, kala itu ia menjadi salah satu musuh politik utama pemerintah Indonesia.
Tapi, setelah Timor Timur merdeka, Horta yang mendapat darah Portugal dari ayah dan Timor Leste dari ibu itu mencengangkan banyak warga negerinya sendiri. Sebagai Menteri Luar Negeri Republik Demokratik Timor Leste, ia berubah 180 derajat. Ketika banyak orang mendesak PBB menggelar pengadilan internasional bagi pelanggar hak asasi di Timor Leste, ia justru mengusahakan agar hal itu tak terjadi.
Seperti Presiden Kay Rala Xanana Gusmao, baginya masa konfrontasi dengan Indonesia telah usai. Dia menginginkan hubungan yang mesra dengan Indonesia. Komitmen ini antara lain ia tunjukkan dengan beberapa kali melobi Kongres AS agar tidak lagi menyudutkan militer Indonesia. Akibatnya malah dia yang dipojokkan. Itu terjadi sekitar tiga tahun lalu. "Itulah pertama kalinya saya dikritik Kongres karena membela Indonesia," ujarnya terbahak.
Rabu pekan lalu, didampingi Duta Besar Timor Leste di Jakarta, Arlindo Marcal, Horta bertandang ke kantor Koran Tempo di kawasan Velbak, Jakarta Selatan. Dalam balutan jas hitam dan kemeja putih garis-garis tanpa dasi, penerima Nobel Perdamaian 1996 ini selama satu setengah jam bicara kepada tim wartawan Tempo.
Setelah tujuh tahun merdeka, bagaimana Anda menilai ekonomi Timor Leste?
Berjalan lambat. Pada 2002 saat transisi dari PBB menjadi negara Timor Leste, kami hanya punya sedikit kerangka hukum. Bagaimana bisa membangun ekonomi tanpa hukum dan administrasi publik? Makanya, prioritas utama kami sekarang adalah membangun kerangka hukum. Memang kami tidak punya banyak sumber daya, tapi kami bekerja keras dan sangat optimistis.
Apa dasar optimisme itu?
Banyak sekali. Tahun ini Komisi Uni Eropa menilai kami lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara Pasifik atau Afrika. Tahun 2006-2007 anggaran pembangunan kami mencapai US$ 234 juta (sekitar Rp 2,1 triliun): US$ 100 juta (Rp 900 miliar) dari donor, sisanya uang kami sendiri. Kami membangun infrastruktur, memperbaiki jalan-jalan, membangun jembatan, lapangan udara, dan sekolah-sekolah. Selepas 1999 seluruh sekolah rusak, kini semuanya akan kami bangun kembali agar semua anak bisa bersekolah. Persentase pos pendidikan dan kesehatan mencapai 40 persen dari anggaran belanja--termasuk yang paling tinggi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…