Menuju Abad Gas Alam

Edisi: 41/33 / Tanggal : 2004-12-12 / Halaman : 111 / Rubrik : IT / Penulis : , ,


BAGI Indonesia, dongeng tentang rejeki minyak sudah lama tamat. Masa emas minyak telah terkubur karena tingkat konsumsi melampaui kemampuan produksi. Kenaikan harga minyak bukan lagi sumber kekayaan devisa, justru sebaliknya, menjadi ancaman terhadap kesehatan fiskal dan moneter.

Di pasar energi dunia, dominasi minyak bumi memang terus menguat. Kiamat minyak yang diramalkan sejak tiga dekade lalu, toh, tak terbukti. Namun keprihatinan terhadap kondisi lingkungan dan kemajuan teknologi mendorong umat manusia mencari sumber energi alternatif yang tidak mengancam kehidupan.

Kita membutuhkan sumber energi baru yang lebih murah, melimpah dan ramah lingkungan. Selamat datang fajar baru Abad Gas Alam.

ZAMAN batu berakhir jauh sebelum dunia kehabisan bebatuan. Barangkali begitu jugalah nasib era minyak. Setelah hampir satu abad merajalela menggantikan batu bara, kejayaan "si emas hitam" kini mulai luntur. Bukan karena perut bumi telah kehabisan cadangan minyak, melainkan karena kemajuan teknologi dan keprihatinan terhadap kondisi lingkungan.

Sejak 1970-an, dunia telah dibuat gemetar oleh ramalan akan datangnya kiamat minyak. Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan harga bahan bakar fosil itu akan mencapai US$ 250 per barel pada tahun 2000. Para petinggi perusahaan energi bahkan meramalkan, sebelum fajar abad ke-21 menyingsing, minyak bumi akan digantikan sumber energi alternatif.

Hari ini kita tahu, ramalan itu berlebihan. Kiamat minyak seperti tak akan terjadi. Sumber cadangan minyak mentah tak pernah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Surga di Teluk Cendrawasih
2007-11-04

Surga di teluk cendrawasih

I
Indragiri Hulu Menjawab Tantangan
2007-11-04

Indragiri hulu menjawab tantangan

P
Potensi Sumber Daya Alam Kami Melimpah
2007-11-04

Potensi sumber daya alam kami melimpah