Kebrutalan Di Sebuah Jembatan
Edisi: 04/35 / Tanggal : 2006-03-26 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Rulianto, Agung
DI sebuah jembatan yang terpanggang terik matahari, ketegangan itu memuncak. Dua kelompok manusia berhadap-hadapan. Polisi antihuru-hara yang berseragam cokelat menggenggam pentungan rotan dan mencengkeram tameng. Mereka menjepit orang-orang yang mengobarkan api dan membendung jalan, yang berjumlah sepuluh kali lipat.
Siang itu, Kamis 16 Maret lalu, di bawah jembatan yang menyambung sisi barat dan timur kampus Universitas Cenderawasih, Abepura, mereka mencoba berunding. Polisi meminta massa yang menamakan diri Front Aksi Penutupan Freeport membuka blokade jalan raya Abepura-Sentani di Abepura, Papua. Blokade yang terpasang sejak dini hari telah memutus arus lalu lintas dari Jayapura menuju Bandar Udara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Kata sepakat tak dicapai. Massa ngotot menuntut tiga soal. âTutup Freeport, tarik pasukan TNI-Polri dari wilayah Tembagapura, dan bebaskan tujuh tahanan akibat bentrok di Timika,â kata Henny Lani, yang mewakili massa dalam perundingan itu. Polisi menolak dan mengancam akan membongkar blokade secara paksa.
Bentrok pun tak terhindarkan. Barisan polisi antihuru-hara bergerak teratur menjepit dari utara dan selatan. Semprotan gas air mata membubarkan massa yang lari masuk ke kompleks kampus. Dari balik pagar kampus, massa menghujani polisi dengan lemparan batu sebesar sarung tinju. Formasi pasukan kocar-kacir. Massa memburu. Langkah pasukan terhalang batang pohon yang memblokade jalan.
Di bawah jembatan itu, Pratu Daud Soleman, seorang anggota Pengendali Massa (Dalmas), Brigadir Syamsudin (Brimob), dan Briptu Arisona Horota (Brimob) tersandung, lalu terjatuh. Massa membantai mereka. Tubuh petugas yang terlatih itu menjadi sasaran tendangan, bacokan parang, dan hantaman batu dari jarak dekat. Daud dan Syamsudin meninggal seketika. Arisona sempat dilarikan ke Rumah Sakit Daerah Abepura, sebelum meninggal dengan luka tusuk di pinggang dan luka-luka akibat lemparan batu.
Amarah polisi meledak mengetahui rekannya dibantai. Mereka balik memburu membabi-buta sambil melepaskan tembakan. Massa yang kabur masih beringas. Anggota intelijen Angkatan Udara Serda Agus Supriyadi yang berada di dalam kompleks kampus menjadi sasaran kebrutalan hingga meninggal dunia. Jenazah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…