Seribu Ciuman Untuk Dewi Soekarno

Edisi: 51/21 / Tanggal : 1992-02-15 / Halaman : 28 / Rubrik : PT / Penulis : THA



PERTEMUAN pertama itu terjadi di Hotel Imperial, di jantung Kota Tokyo, 16 Juni 1959. Saat itu Soekarno sudah berusia 58 tahun, sedangkan Naoko Nemoto baru menginjak 19 tahun. 

Alkisah, adalah Masao Kubo, presiden direktur perusahaan dagang Tonichi, yang punya "gawe" mengatur perjumpaan istimewa ini. Caranya, pada malam itu, Kubo mengajak Nemoto menonton film di bioskop Sukaraza, yang letaknya tak jauh dari Hotel Imperial, tempat Presiden Soekarno dan rombongan menginap di Tokyo. 

Kubo berjanji akan menemui Nemoto di lobi Imperial. Tapi ternyata pengusaha itu terlambat datang. Dan seperti sudah diatur menurut skenario, yang muncul menjumpai Nemoto pada saat itu justru Kolonel Sabur, ajudan Presiden Soekarno. Sabur menawarkan Nemoto untuk menunggu di kamarnya, karena Kubo datang terlambat oleh urusan bisnis. Nemoto menurut saja. 

Tak lama kemudian, "Presiden Indonesia datang di kamar Sabur. Kurang lebih satu menit, Presiden lalu meninggalkan kamar itu. Dalam tempo pendek itu, saya amat terharu bisa melihat Presiden. Lima menit kemudian, Sabur mengajak saya ke kamar sebelah, mencicipi teh bersama Presiden," tulis Naoko Nemoto -- kemudian bernama Ratna Sari Dewi -- dalam biografi yang dimuat berkala oleh majalah bulanan Bungei Shunju yang terbit di Tokyo, edisi Januari sampai April 1976. Dua tahun kemudian, atas izin Dewi, seri riwayat hidup itu diterbitkan sebagai buku yang diberi judul Dewi Soekarno Jiden, artinya: Biografi Dewi Soekarno. 

Dalam pertemuan yang disebut Dewi "perjumpaan dengan nasib" itu, hadir belasan staf kedubes RI dan istri yang berpakaian kebaya. Presiden duduk di sofa besar, Dewi disuruh duduk di kursi dekat sofa itu. Ajudan Presiden lalu memperkenalkan Dewi pada Bung Karno. "How do you do? Silakan duduk, begitu Presiden menyuruh saya duduk. Milk atau lemon, Presiden bertanya ketika datang pembawa teh. Dan ia sendiri yang mengambil lemon dan menaruhnya di cangkir saya," begitu ditulis dalam biografi tadi. Ia mengaku, "Tak kunjung tahu, apakah pertemuan itu diatur jauh sebelumnya atau tidak." Yang jelas ia ingat, malam itu ia terkesan pada kuku tangan Presiden yang indah. 

Sebenarnya kisah pertemuan pertama Dewi dengan Bung Karno (BK) ini ada beberapa versi. Versi lain menyebutkan: BK datang di Tokyo, 6 Juni 1959, persis di hari ulang tahunnya yang ke-58, untuk sebuah kunjungan tak resmi. Salah satu acara BK di Tokyo ialah untuk membicarakan pembayaran pampasan perang dari pemerintah Jepang senilai US$ 223 juta. 

Dana pampasan yang dibayarkan dalam bentuk berbagai proyek di Indonesia menyebabkan sejumlah pengusaha Jepang berusaha mendekati para pejabat Jepang dan Indonesia, di antaranya yang terpenting tentulah Soekarno. 

Begitulah, di suatu malam, Masao Kubo, pengusaha yang memang tengah berupaya keras mendekati BK untuk mendapat proyek di Indonesia, mengajak BK ke klub malam Copacabana. Di sana, Nemoto bekerja sebagai pramuria merangkap penyanyi. Kubo rupanya sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk BK: lagu Bengawan Solo yang dialunkan Nemoto. BK, yang terkesan, menyampaikan undangan pada Nemoto agar menyanyi untuknya di kamar Hotel Imperial, esok harinya. Sejak itu hubungan BK dengan Dewi pun terpatri. 

Bekas kepala pengawal pribadi BK, Mangil, juga ingat bahwa pertemuan pertama BK dan Nemoto berlangsung di sebuah hotel, tapi ia…

Keywords: Dewi SukarnoBung Karno
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
MEMPERBAIKI KETURUNAN
1994-05-14

Penyanyi ruth sahanaya ,27, menikah dengan jeffrey waworuntu, 29, di bandung. resepsi di hotel papandayan…

N
NOVELNYA LARIS UNTUK SINETRON
1994-05-14

Y.b. mangunwijaya genap berusia 65 tahun. perayaan ulang tahunnya berlangsung di hotel santika, yogyakarta, dengan…

P
PENYAIR JUGA BAYAR LISTRIK
1994-05-14

Penampilan rendra, 59, di panggung gedung olahraga kridosono, yogyakarta, memukau penonton. ia membawakan beberapa sajaknya…